Lima Modal Ducati untuk Pertahankan Titel Konstruktor MotoGP

Ducati digadang-gadang mampu mempertahankan gelar juara konstruktor MotoGP 2022. Apa faktor yang mendasari prediksi tersebut?

Skuad asal Borgo Panigale masih kokoh berdiri di takhtanya selama dua tahun terakhir. Bahkan, musim lalu, mereka juga dinobatkan jadi tim tersukses. Namun, dua gelar itu tak lengkap tanpa mahkota juara pembalap.

Sinyal kebangkitan Ducati menguat musim 2021. Mereka memiliki Desmosedici GP21 yang mumpuni dan pembalap yang sudah teruji.

Investasi besar dalam teknologi dan pengembangan motor bisa dibilang terbayar lunas. Tahun ini, mereka memetik poin konstruktor maksimal berkat kemenangan Enea Bastianini dalam MotoGP Qatar. Hebatnya, pencapaian itu didapat dengan menunggangi motor edisi lawas, Desmosedici GP21, alih-alih yang terbaru.

Bukan tak mungkin ke depannya, Bastianini kembali menginjak podium tertinggi atau rekan-rekannya yang mengendarai motor Ducati paling mutakhir.

Lalu apa lima faktor yang bisa menentukan ketangguhan Ducati dalam perebutan titel konstruktor musim ini?

1. Kuasai di grid

Sepertiga isi grid menjadi milik para penunggang Ducati. Ini artinya mereka punya 8 data berbeda dari 8 pembalap. Dibandingkan pabrikan lain, pengembangan prototipe mereka jauh lebih cepat.

2. Berpikir analitis

Kepemimpinan Luigi Dall’Igna tak bisa dipungkiri sangat fundamental bagi kemajuan divisi balap pabrikan Borgo Panigale. Ia menjadi otak tim dan menuntut agar motor dikembangkan hingga batasnya.

Seiring berjalannya waktu, emosi meledak-ledak berkurang dan digantikan dengan pemikiran analitis. Ia dapat mengambil keputusan dengan tenang.

Dall’Igna juga meminta anak buahnya untuk terus berinovasi dalam menciptakan motor kompetitif.

3. Inovasi teknologi

Diperbarui atau terkapar. Hal ini jadi prinsip mereka sejak 2014. Alhasil, Ducati terus berevolusi dan melakukan peningkatan. Bahkan, kecepatan mereka pun membuat lawan ketar-ketir.

Paket aerodinamika dan ride height adjuster merupakan temuan penting. Perangkat yang juga disebut holeshot device sulit diikuti tim lain, sehingga mereka meminta agar MotoGP melarangnya. Namun, tak ada yang salah selama suspensi tidak digerakkan dengan elektronik.

Para pembalap sudah mengakui adanya alat tersebut menjadi penanda sebelum dan sesudah kompetisi.

4. Pembalap tahan banting

Francesco Bagnaia baru saja mendapat kontrak baru sebagai hadiah performa cemerlang di MotoGP 2021. Ia nyaris menjadi juara dunia, tapi harapan kandas setelah jatuh di Misano.

Musim ini, Bagnaia kembali dengan tekad lebih besar untuk merebut gelar di tengah kebangkitan Marc Marquez.

Di sisi lain garasi, ada Jack Miller yang ingin menunjukkan kalau ia pantas diperhitungkan. Dari tim satelit, Jorge Martin, siap menebar ancaman. Rookie of the Year 2022 ingin memperbaiki posisinya dari urutan kesembilan. Johann Zarco pastinya tak mau kalah dari rekan-rekannya yang lebih muda.

5. Lini pembalap muda

Ducati pandai memilih talenta berbakat untuk masa depannya. Enea Bastianini sudah unjuk gigi pada balapan perdana 2022, mendominasi di belakang Brad Binder dan Pol Espargaro.

Marco Bezzecchi, Fabio Di Giannantonio dan Luca Marini memang belum mempertontonkan kapasitasnya. Tapi, bukan tak mungkin ketiganya ikut menghiasi 10 besar.

Related posts