Manajer Enea Bastianini, Carlo Pernat, menyebut pemenang MotoGP Qatar 2022 itu mengingatkannya pada Marco Simoncelli.
Oleh: Tri Cahyo Nugroho , Editor 10 Mar 2022 08.00
Kemenangan La Bestia (The Beast), julukan Bastianini, pada putaran pertama Kejuaraan Dunia MotoGP 2022 di Sirkuit Internasional Lusail, Minggu (6/3/2022) lalu, memang sangat emosional.
Sukses tersebut bukan hanya menjadi podium utama pertamanya di kelas MotoGP yang baru diikutinya musim lalu.
GP Qatar 2022 juga menghapus penantian Tim Gresini Racing selama 5.620 hari untuk kembali memenangi kelas MotoGP setelah Toni Elias terakhir melakukannya di GP Portugal 2006.
Kemenangan Bastianini di Lusail juga menjadi penawar duka Tim Gresini Racing yang menjelang akhir Februari 2021 lalu ditinggalkan pemilik dan prinspal tim, Fausto Gresini. Fausto Gresini meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang dipicu Covid-19.
Namun, ada sisi menarik lain dari sukses Le Bestia di GP Qatar lalu. Adalah komentar dari manajer Bastianini, Carlo Pernat (paling kiri depan, berkacamata, pada foto utama) dalam podcast-nya di media sosial belum lama ini.
“Bastianini mengingatkan publik pada Marco Simoncelli,” tutur pria yang juga pernah memanajeri bintang balap motor dunia seperti Valentino Rossi dan Max Biaggi tersebut.
“Mereka memiliki karakter berbeda. Namun, keduanya sama-sam amampu mengimplementasikan instruksi dan masukan dengan sangat baik.”
Marco Simoncelli tewas dalam kecelakaan di Sirkuit Sepang, Malaysia, pada MotoGP 2011. Saat itu, ia juga memperkuat Gresini Racing yang masih berkolaborasi dengan Honda (turun dengan nama tim San Carlo Honda Gresini).
Seperti Simoncelli, Bastianini juga berasal dari Rimini, Italia. “Saya yakin Enea Bastianini akan mampu finis di posisi lima besar pada akhir Kejuaraan Dunia MotoGP 2022 nanti,” kata Pernat.
Bagi Pernat, kemenangan Enea Bastianini di GP Qatar lalu sebenarnya tidaklah mengejutkan.
“Ia berkembang sangat pesat dari semua balapan terhitung sejak debut di MotoGP musim lalu. Kini, ia jelas mampu bersaing untuk merebut kemenangan,” kata Pernat tentang juara dunia Moto2 2020 itu.
Di mata Pernat, Enea Bastianini tidak hanya memiliki bakat membalap alami. Intelegensianya terkait taktik, utamanya dalam mengatasi problem, juga mumpuni. Menariknya, Bastianini menganggap balapan bukanlah pekerjaan tetapi satu kesenangan.
Dari sisi karakter, Bastianini termasuk pembalap yang pendiam. Namun, ia tipe orang yang selalu berterus terang tentang segala hal. Kondisi psikisnya terbilang stabil. Ia juga mampu menganalisis situasi dengan baik untuk menemukan solusi.
“Bicara karakter, Bastianini memang termasuk pembalap serius. Seperti Biaggi, ia juga jarang marah jika sesuatu berjalan tidak semestinya,” kata Pernat.
Terkait aspek teknik balap, Enea Bastianini adalah tipe late braker, pembalap yang gemar mengerem sedekat mungkin dengan ujung tikungan.
Enea Bastianini juga sangat pandai dalam mengatur level keausan ban. Lihat saja yang terjadi di GP Qatar lalu. Ia justri mampu membuat rekor lap di Lusail hanya beberapa lap menjelang balapan MotoGP berdurasi 22 lap itu berakhir.