Finis kedelapan dalam Grand Prix Qatar, Johann Zarco jadi pembalap terbaik Ducati yang mengendarai Desmosedici GP22. Rider Pramac Racing mengaku senang dengan hasil race pembuka MotoGP 2022 itu.
Oleh: Sebastian Fränzschky Co-author: I Gede Ardy Estrada , Editor 9 Mar 2022 22.35
Pembukaan MotoGP tahun ini di Qatar memberi pengalaman campur aduk bagi Ducati. Pabrikan Borgo Panigale senang Enea Bastianini (Gresini Racing) mampu menang dengan Desmosedici GP21. Di sisi lain mereka kecewa karena para pengguna motor versi terbaru gagal mendapat hasil ideal.
Dua pembalap tim utama, Ducati Lenovo Team, bahkan gagal menyelesaikan lomba. Francesco Bagnaia mengalami crash sementara Jack Miller tak bisa melanjutkan race akibat problem teknis pada motornya.
Pembalap Pramac Racing Jorge Martin, yang meraih pole position, juga menderita kecelakaan setelah Bagnaia tidak sengaja menabraknya. Luca Marini (Mooney VR46 Racing Team) hanya mampu finis P13. Praktis hanya Johann Zarco pengguna Desmosedici GP22 yang mampu tembus posisi 10 besar.
Dalam sprint menuju garis finis, rider Pramac tersebut mengalahkan kompatriotnya, pembalap Monster Energy Yamaha sekaligus juara dunia bertahan MotoGP, Fabio Quartararo dengan gap cuma 0,007 detik.
“Setelah kualifikasi hari Sabtu, hasil lima besar tidak realistis. Namun, saya bisa puas, posisi kedelapan tidak terlalu buruk jika Anda mengalami akhir pekan MotoGP yang penuh dengan pasang-surut,” ujar Zarco, yang memulai balapan dari grid ke-13.
“Jika Anda ingin memperebutkan podium, Anda harus melakukan semuanya dengan benar sejak Jumat hingga Sabtu. Saya tidak mampu melakukannya, terutama karena masalah teknis pada Jumat. Sabtu adalah hari yang baik, tetapi kami tak cukup beruntung (karena catatan lap pada Q1 dibatalkan).
“Keberuntungan yang diperlukan juga hilang dalam sesi balapan (hari Minggu). Saya tahu saya memiliki race pace yang baik. Saya tidak ingin mengambil risiko terlalu banyak. Saya tahu start adalah kelemahan. Kami gagal menyelesaikannya secara ideal.”
“Posisi kedelapan memberi saya motivasi yang baik. Saya memiliki feeling bagus dengan motor saat balapan. Namun, saya masih kurang percaya diri. Saya sempat ragu melakukan beberapa manuver pada rem. Lalu saya mengubah pendekatan dan kini jauh lebih baik, bakan jika set-up tidak maksimal.”
Start yang buruk membuat pekerjaan Zarco menjadi lebih berat selama lomba. Memulai dari urutan ke-13, pembalap Prancis itu merosot ke P19 di lap pertama. Apakah yang salah darinya pada awal balapan?
“Saya mencoba untuk adaptasi di awal. Saya melakukannya tahun lalu. Tetapi itu berarti saya membuat lebih banyak kesalahan daripada gaya balap alami saya, jadi saya kehilangan waktu untuk melakukannya alih-alih melaju cepat,” Zarco menjelaskan.
“Kami harus bekerja dengan para engineer pada kontrol peluncuran untuk membuat saya merasa lebih baik. Ducati punya banyak potensi, hanya saja kami tidak bisa benar-benar memanfaatkannya (di Qatar). Tetapi Ducati menang. Itu berarti motornya bagus, meski dengan spek 2021 bukan versi 2022.”