BabatPost.com-Farmel FC menjadi pembicaraan sangat luas di media sosial Indonesia. Tim Liga 3 yang berbasis di Tangerang tersebut dituding banyak diuntungkan wasit. Beberapa pertandingan Farmel bahkan berujung pada baku hantam antar-pemain.
Terbaru, saat melawan Persikota Tangerang pada babak 16 besar Liga 3 Nasional di Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik (6/3), Farmel FC kembali dituding sangat dibantu oleh wasit.
Farmel mendapatkan penalti yang aneh. Lalu, wasit memutuskan pemain Persikota terjebak offiside. Padahal, pemain tersebut sangat-sangat jelas berada dalam posisi onside.
Puncaknya, ketika Farmel sudah unggul 3-0 pada menit ke-58, baku hantam antar-pemain di kedua tim pecah. Sampai-sampai, pertandingan tersebut berhenti di tengah jalan.
Sebelumnya pada Februari lalu, saat menghadapi tuan rumah NZR Sumbersari pada laga kedua Grup O di Stadion Gajayana, Malang, Farmel FC juga mendapatkan penalti yang dianggap kontroversial.
Para pemain NZR Sumbersari yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit Kevin Keegan Jarona akhirnya berubah menjadi beringas. Mereka melakukan pengejaran dan pemukulan terhadap wasit dan kedua asistennya.
“Banyak hal yang terjadi sehingga memicu amarah pemain dan ofisial,” begitu keterangan resmi NZR Sumbersari. “Kejadian tersebut dipicu oleh kinerja wasit yang tidak adil di lapangan.”
Selain dua laga itu, laga Farmel FC melawan Bandung United juga viral di media sosial. Pertandingan beberapa kali terhenti karena pemain Bandung United melakukan protes keras terhadap wasit Andri Novendra.
Sebab, pada awal babak kedua, wasit memberikan dua kartu merah kepada dua pemain Bandung United hanya dalam tempo 10 menit.
Bahkan saat laga menyisakan dua menit, kiper Bandung United Satrio Azhar juga dikartu merah. Selain mencabut kartu merah, wasit juga memberikan penalti kepada Farmel FC. Wasit menganggap kiper Bandung United melakukan pelanggaran. Wasit dadakan Bandung United juga mendapatkan kartu merah karena melakukan protes keras.
Pada akhirnya, Bandung United kalah dengan skor 4-0 dan harus bermain dengan tujuh orang. Jelang akhir pertandingan, sebagai bentuk protes, Bandung United membiarkan gawang mereka dibobol dengan gampang oleh pemain Farmel FC.
Bagaimana tanggapan manajemen Farmel FC soal insiden ini? CEO Farmel FC Eko Setyawan menegaskan, orang-orang yang menganggap Farmel FC curang hanya melihat dari beberapa pertandingan.
Dia meminta mereka yang mengatakan itu melihat perjuangan Farmel FC sejak awal Liga 3 musim ini. ”Lihat cara main kami. Saya persiapkan tim ini sejak 2020. Merekrut Amarzukih eks Persija dan beberapa pemain lainnya,” terangnya. ”Kami serius menggaji mereka, bonus juga. Akhirnya mereka main dengan total,” lanjutnya.
Kontroversi yang datang ke Farmel FC dianggapnya serba kebetulan. Apalagi, timnya sering segrup dengan tim-tim yang jumlah suporternya banyak. Persikota salah satunya.
”Kami ini anak baru, tidak kenal media juga. Jadi, wajar kami dipojokkan seperti ini,” terangnya.
Dia sebenarnya tidak peduli dengan fitnah yang ada. Jika memang terbukti, pria asal Bojonegoro itu mempersilakan dan siap bertanggung jawab.
”Ada jalur kok yang bisa digunakan untuk melaporkan kalau memang tidak adil. Jangan gebuk-gebukan di lapangan,” katanya.
Dia juga tidak akan melaporkan balik selama fitnah tidak merusak nama baik dan klubnya. Pria yang juga berbisnis di bidang pengolahan limbah itu yakin banyak orang yang mencintai Farmel FC.
”Jangan lupa, lawan Persikota lihat pertandingan secara keseluruhan. Persikota justru kami tekan,” bebernya.