Pembalap Aprilia Racing Aleix Espargaro telah mengonfirmasi potensi RS-GP di Qatar. Tak cuma mampu mengalahkan Marc Marquez, ia juga merangsek ke baris depan dan finis tepat di belakang zona podium.
Oleh: Gerald Dirnbeck Diterjemahkan oleh: I Gede Ardy Estrada , Editor 7 Mar 2022 17.30
Cuma kurang dari satu detik, Aleix Espargaro gagal meraih podium pada balapan pembuka MotoGP musim ini, Grand Prix (GP) Qatar, di Sirkuit Internasional Lusail, hari Minggu (6/3/2022).
Rider veteran Aprilia bergabung dengan grup terdepan sepanjang lomba. Memulai race dari grid kelima, Espargaro sempat turun ke posisi enam, sebelum mampu bangkit dan mengakhirinya di urutan keempat.
“Saya tidak terlalu kecewa (finis P4). Tentu saja saya ingin berada di podium, tetapi hal terpenting adalah untuk pertama kalinya saya merasa memiliki kecepatan terkuat. Mungkin saya terlalu konservatif saat di belakang (Marc) Marquez dan (Joan) Mir,” kata Aleix Espargaro.
“Saya tidak menyangka kecepatan mereka akan turun begitu banyak. Itu ikut menghabiskan waktu saya. Namun demikian, saya bisa mengejar grup di depan saya lagi, sayangnya sudah terlambat. Satu lap hilang untuk tetap bisa mengejar adik saya (Pol Espargaro),” imbuhnya.
Ya, jika balapan lebih panjang satu atau dua putaran (total GP Qatar 22 lap), Espargaro berpeluang besar menyalip saudaranya, yang tampil solid dan mengakhiri balapan di posisi ketiga bersama Repsol Honda.
Hasil yang diraih Aleix Espargaro sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya, selama tes pramusim di Sepang dan Mandalika, sudah tampak jelas Aprilia berhasil membuat kemajuan dengan RS-GP mereka.
“Yang penting adalah kecepatan kami. Sejauh ini kami telah menunjukkan level yang sangat bagus. Race (GP Qatar) sangat cepat dan saya senang untuk mengatakan saya termasuk di antara pembalap terkuat,” kata Espargaro.
“Secara keseluruhan, akhir pekan ini bagus untuk kami. Tentu setiap akhir pekan balapan menjadi ujian bagi kami karena kami harus terus menerus memastikan bahwa kami termasuk di antara yang terbaik.
“Senang punya kesempatan untuk bertarung melawan para pembalap terbaik. Saya kira ini adalah kasus pertama dalam karier saya,” tambah rider yang sudah menjalani hampir 200 Grand Prix di kelas premier sejak 2009 itu.
Lantas, apakah Aprilia sekarang menuju ke titik di mana kemenangan hanya masalah waktu? Pria 32 tahun asal Spanyol meyakini itu yang sedang terjadi, bahwa pabrikan Noale sudah dekat dengan kemenangan.
“Kepercayaan diri saya lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi Anda selalu memiliki keraguan. Anda harus menunggu dan melihat bagaimana motor bereaksi. Kami menegaskan lagi jika kami dalam bentuk yang baik,” ucapnya.
“Tak mudah untuk menyalip seseorang seperti Marc dan Mir untuk kemudian menjauh dari mereka. Saya tidak berpikir apakah saya bisa jadi juara dunia. Saya cuma ingin bersenang-senang. Sayang ini terjadi di akhir karier saya.”
Kontras dengan Espargaro, Maverick Vinales kecewa gagal mendapat hasil ideal dengan RS-GP di Lusail. Mantan pembalap Yamaha tersebut bingung setelah hanya mampu mengakhiri lomba di peringkat ke-12.
“Balapan tidak seperti yang diharapkan. Saya pikir kami akan bisa lebih ke depan. Sayangnya, kenyataan berbeda. Saya tidak merasa nyaman motor. Kami harus memahami masalah ini,” Vinales menuturkan.
“Balapan berjalan normal. Pace saya tidak fantastis. Ketika Anda bertarung di belakang, tak banyak yang bisa dikatakan. Saya berada di posisi sama dengan motor ini seperti tahun lalu. Kami harus terus bekerja.
“Bagi saya (isu terbesar) adalah saat berbelok. Rasanya aneh. Sensasinya mirip dengan balapan-balapan sebelumnya, padahal dalam tes saya lebih baik. Di sini, sejak FP1, ban depan tak stabil di setiap tikungan.”