Kemenangan Enea Bastianini pada MotoGP Qatar di Sirkuit Internasional Lusail, Minggu (6/3/2022) memiliki arti sangat penting bagi timnya, Gresini Racing.
Oleh: Tri Cahyo Nugroho , Editor 6 Mar 2022 18.52
Tahun lalu, sebelum MotoGP 2021 dimulai, Gresini Racing ditinggalkan pendiri sekaligus pemilik tim, Fausto Gresini, yang wafat karena terinfeksi Covid-19. Seluruh kru dan staf tim yang berbasis di Italia itu pun menangis.
Di Sirkuit Lusail, Minggu malam, seluruh teknisi, staf, hingga pemilik sekaligus Prinsipal Tim Gresini Racing Nadia Padovani (janda mendiang Fausto Gresini) kembali menangis.
Namun, kali ini mereka menangis karena emosional menyusul kemenangan Enea Bastianini pada seri pertama Kejuaraan Dunia MotoGP 2022, GP Qatar.
Start dari grid kedua, Bastianini menujukkan performa impresif di atas Ducati Desmosedici GP21, motor yang sebenarnya memiliki spesifikasi dasar tahun lalu.
Sempat tercecer di P4 dan P5, Bastianini mengejar satu per satu lawannya hingga Pol Espargaro (Repsol Honda) yang berada di P1 pun dilibasnya empat lap sebelum lomba berdurasi 22 lap (118,4 km) itu selesai.
“Kemenangan ini sebetulnya memang tidak pernah kami duga sama sekali. Podium mungkin lebih realistis. Tetapi, melihat ada peluang saya untuk melewati Pol, maka saya berusaha keras dan berhasil,” tutur Bastianini soal kemenangan pertamanya di MotoGP.
Pembalap asal Italia berjulukan La Bestia (The Beast dalam bahasa Inggris) tersebut mengaku tidak mampu menahan tangis saat melintas garis finis.
“Saya tidak tahu lagi harus bicara apa. Fausto mendorong kami dari surga. Kerja yang fantastis dari tim. Kami semua menangis karena emosional dan mengingat Fausto Gresini,” ucap juara dunia Moto2 2020 tersebut.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung, keluarga, tim. Saya tidak mampu menggambarkan perasaan senang ini,” kata Bastianini yang baru menjalani musim keduanya di MotoGP.
Lebih jauh The Beast menjelaskan bila kemenangan di MotoGP Qatar ini diraih dengan tidak mudah. Yang pasti, ia menyebut kinerja tim dan dirinya sudah sangat baik sejak latihan bebas. Kondisi dan lingkungan di tim juga kondusif.
“Kami harus melanjutkan musim dengan cara seperti ini. Jika mampu, kami akan menjalani musim yang fantastis,” tutur Bastianini.
Seperti banyak diberitakan sebelumnya, motor yang dipakai Enea Bastianini pada MotoGP 2022 tidak sama dengan Ducati Desmosedici GP22, versi terbaru yang musim ini dipakai para pembalap tim pabrikan Ducati Lenovo dan skuad satelit Pramac Racing.
“Ducati versi 2021 bekerja sangat bagus tetapi varian 2022 juga sangat mirip. Tentu saja dengan beberapa komponen yang lebih bagus (daripada 2021),” kata Bastianini.
“Tetapi, beberapa orang bilang motor saya lebih baik. Saya kira tidak. Yang pasti, hari ini memang giliran bagi saya untuk menang.”
Bagi Gresini Racing, podium utama Enea Bastianini menjadi kemenangan ke-15 mereka di kelas MotoGP sejak turun mulai 2002. Sekaligus kemenangan pertama dalam hampir 16 tahun sejak Toni Elias melakukannya di MotoGP Portugal 2006.
Didirikan pada 1987, Gresini Racing sudah berhasil memenangi lima gelar juara dunia. Kelas 250cc (kini Moto2) 2001 lewat Daijiro Kato, Moto2 2010 melalui Toni Elias, Moto3 2018 lewat Jorge Martin (pembalap) dan Del Conca Team Gresini (tim), serta MotoE 2019 melalui Matteo Ferrari.
Di kelas MotoGP, nama Gresini Racing menjadi sorotan ketika turun dengan nama Telefonica Movistar Honda. Mereka menjadi runner-up tiga kali lewat Sete Gibernau pada 2003 dan 2004, serta 2005 melalui Marco Melandri.
Fabio Di Giannantonio yang kini menjadi rekan setim Enea Bastianini, juga sempat menjadi runner-up Moto3 2018 di bawah Jorge Martin.
Sederet nama pembalap hebat seperti Alex Barros, Loris Capirossi, Colin Edwards, dan mendiang Marco Simoncelli, juga pernah memperkuat Gresini Racing.