Cerita dari Simon Elissetche, Satu-satunya Pelatih Asing di Liga 3

Cerita dari Simon Elissetche, Satu-satunya Pelatih Asing di Liga 3

BabatPost.com-Liga 3 masih berstatus kompetisi semi-profesional. Tapi, Simon Ellisetche justru memilih melatih tim divisi paling bawah sepak bola Indonesia itu. PS Siak jadi pilihannya. Pria asal Cile itu jadi satu-satunya pelatih asing di Liga 3 musim ini.

—Bagus Putra Pamungkas, Gresik—

Read More

Pria muda itu merantau ke Indonesia di usia 27 tahun. Adalah Manuel Vega yang menyeretnya ke Indonesia pada 2004. Vega merupakan pelatih asal Cile yang saat itu menukangi Kendari Utama.

Vega kemudian menjadikan pria itu sebagai asisten pelatihnya. Pria tersebut adalah Simon Elissetche. Itu adalah kali pertama Simon bekerja di Indonesia. Tapi, hanya semusim dia bertahan di Kendari Utama. Pada 2005 dia kembali ke Cile. Memperdalam ilmu kepelatihan di negara asalnya.

Berita Terkait :  Persida Sidoarjo Punya Modal Bagus sebelum Menghadapi Karo United

Jalan hidup kemudian membuat Simon kembali ke Indonesia. Delapan tahun berselang, pada musim 2012 dia mendapat tawaran sebagai pelatih kepala di PSSB Bireuen.

’’Saat berada di Kendari, saya mulai belajar bahasa Indonesia agar mempermudah pekerjaan,’’ katanya kepada Jawa Pos.

Karena fasih berbahasa Indonesia, Simon yang kala itu berusia 35 tahun sangat yakin menerima tawaran tersebut. Simon semakin betah di Indonesia. Setelah dari Bireuen, dia menangani delapan klub berbeda. Dua di antaranya tim asal Timor Leste.

Prestasi terbaiknya adalah kala membawa Karketu Dili FC menjadi double winner pada musim 2017. Mereka menjadi juara Liga 1 Timor Leste dan Super Copa Timor Leste. Dari situ, Simon dipercaya menukangi timnas Timor Leste pada 2017–2018.

Setelah dari Timor Leste, dia kembali ke Indonesia. Menukangi Aceh United di Liga 2. Selama di Indonesia, dari enam tim yang ditangani, Simon lebih banyak mengarsiteki tim kasta kedua atau ketiga. Seperti Persikutim Kutai Timur dan PSAB Aceh Besar.

Berita Terkait :  Nurul Huda, Bawa Pengalaman Italia ke Klub Kampung Halaman

Hanya Persita Tangerang tim kasta teratas yang pernah dipegang. Dia menukangi Persita pada musim 2013. Saat dia datang, Persita berada di posisi ke-16 alias zona degradasi.

’’Tapi, pada akhir musim saya mampu membawa Persita bertahan karena finis di posisi ke-13,’’ kenang pelatih kelahiran 28 September 1977 tersebut.

Kini, dia kembali menukangi tim Liga 3. PS Siak mampu dibawa menjadi juara Liga 3 Riau. Dan kini melaju hingga babak 16 besar nasional sekaligus membuka kans promosi ke Liga 2.

Lalu, apa alasan Simon lebih sering menukangi tim kasta bawah? ’’Mungkin karena saya memulai karier kepelatihan sangat muda (27 tahun). Jadi, buat saya tidak terlalu penting di kasta mana tim saya berada. Yang penting saya bisa bekerja dan membuktikan dengan prestasi,’’ jelas mantan pelatih Lalenok United itu.

Tapi, selama melatih, dia justru merasakan tantangan terberat ada di Liga 3.

Berita Terkait :  Sanksi Berat Persipura: Pengurangan 3 Poin, Manajer Diskors 1 Tahun

’’Liga 3 adalah kompetisi paling berat di Indonesia. Kenapa? Karena ada faktor batasan usia. Tim harus memakai pemain di bawah 23 tahun. Hanya ada tiga kuota pemain senior untuk membantu. Jadi, sangat susah mendapat keseimbangan dalam tim,’’ beber pria kelahiran Santiago, Cile, tersebut.

Karena itu, dia sama sekali tidak mau meremehkan meski ’’hanya’’ menukangi tim Liga 3. Apalagi, ada fase babak regional dan nasional yang sangat panjang. Di babak 16 besar, PS Siak berada di grup B. Mereka akan bersaing dengan Karo United, Serpong City FC, dan Persikab Kabupaten Bandung.

Simon menyebut semua tim lawan bisa jadi ancaman. ’’Kami tahu bahwa tiga tim lawan adalah yang terbaik di fase sebelumnya. Tapi, kami siap bersaing dan berjuang. Kami akan usaha semaksimal mungkin untuk dapat target lolos ke Liga 2,’’ katanya.

Related posts