Stoner: Harusnya Rossi Tak Bikin Banyak Musuh

Menurut Casey Stoner mantan rivalnya di MotoGP, Valentino Rossi, bisa meraih sepuluh gelar juara dunia, jika tidak memiliki banyak musuh.
Oleh: Sebastian Fränzschky Diterjemahkan oleh: Muhammad Pratama Supriyadillah , Reporter 22 Feb 2022 15.20

Valentino Rossi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kariernya di MotoGP pada akhir musim lalu. Selama 25 tahun balapan, pembalap yang dijuluki The Doctor ini meraih sembilan gelar juara dunia.

Rossi juga dikenal sebagai pembalap yang ramah dengan rider-rider muda. Itu terbukti dengan kehadiran akademi dan tim VR46 yang didirikan serta dibina olehnya.

Berita Terkait :  Hasil FP2 Moto3 Valencia: Foggia P1, Guevara Tercepat Jumat

Namun, siapa sangka ternyata Rossi memiliki banyak musuh di grid MotoGP saat masih aktif balapan. Pembalap-pembalap yang pernah merasakan rivalitas sengit dan keras dengan rider asal Italia ini antara lain Max Biaggi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo dan Marc Marquez.

Terkadang rival-rival Rossi kerap termakan permainan pikirannya (mind games). Pada saat permainan pikiran sang pembalap menghibur penggemarnya, justru itu membuat lawan-lawannya di MotoGP semakin termotivasi untuk menjatuhkan Rossi.

Itulah yang menurut Casey Stoner membuat rider veteran tersebut gagal meraih gelar juara kesepuluh. Eks pembalap asal Australia itu merasa tidak dihormati oleh Rossi.

Berita Terkait :  Dani Pedrosa kembali tetapi menyebut MotoGP hari ini "ekstrim, menegangkan, agresif" | MotoGP

“Benar-benar situasi yang sulit. Kami bisa saja menghormati satu sama lain. Saya menghormatinya tapi ia tidak menghormati saya,” ujar Stoner.

“Valentino (Rossi) adalah orang yang baik. Dia ramah terhadap saya saat saya baru sampai MotoGP. Tapi pada saat saya menjadi lawannya, dia berubah dan menjadikan saya musuh.

“Itulah yang saya rasa menjadi kesalahan terbesarnya, memunculkan banyak musuh. Dia menjadikan saya dan Marc (Marquez) musuh. Dia seharusnya tidak melakukan itu. Jika saja dia tidak menjadikan kami musuh, dia mungkin akan lebih sukses.”

Berita Terkait :  Podcast: Mandalika Harus Mampu Gelar MotoGP

Ya, Rossi di akhir kariernya memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Marquez. Insiden terbesar antar keduanya terjadi di MotoGP Malaysia musim 2015, yang kini dikenal sebagai Sepang Clash.

“Setelah ia melakukan itu, Marc membuat karier Valentino penuh dengan masalah. Seharusnya ia tidak menjadikan Marc musuh, karena itu membuatnya gagal juara.

“Itu hal yang buruk untuk dilakukan. Jika Anda melakukan itu, tentu orang-orang akan berusaha semaksimal mungkin utnuk menjatuhkan Anda. Jika saja dia memiliki lebih sedikit musuh, mungkin ceritanya akan berbeda.”

Related posts