Pembalap RNF MotoGP, Andrea Dovizioso, tak terkejut dengan pernyataan Casey Stoner tentang masalah kecemasan yang dialaminya selama berkarier di MotoGP.
Oleh: Charlotte Guerdoux Co-author: Muhamad Fadli Ramadan , Reporter 21 Feb 2022 02.30
Peraih dua gelar MotoGP itu mengungkapkan bahwa dirinya memiliki masalah kecemasan, yang berdampak pada kesehatan mentalnya ketika bersaing di level tertinggi.
Pria asal Australia itu mengatakan bahwa stres yang berlebihan telah menghancurkan hidupnya.
Stoner pun memperingatkan bahaya yang terkait dengan tekanan besar, dan sayangnya itu telah memengaruhi banyak atlet, sehingga memicu keputusan pensiun dini, seperti yang dialaminya.
Casey Stoner sendiri memutuskan pensiun di usia 27 tahun setelah enam tahun berkarier di MotoGP, dan mengakhirinya pada akhir 2012.
Mengenai hal tersebut, Dovizioso yang sempat vakum dari MotoGP selama setengah tahun, tak heran dengan masalah kecemasan yang sebutkan Stoner.
“Setiap cerita berbeda tetapi saya mengikuti banyak olahragawan, terutama pembalap motorcross, dan banyak dari mereka pensiun sebelum berusia 30 tahun ketika mereka memenangi segalanya,” kata Dovizioso.
“Tampaknya, jika Anda balapan selama 20 tahun dan memenangi banyak hal, menghadapi tekanan menjadi makin rumit dari tahun ke tahun, bahkan untuk atlet semacam ini.
“Ini sesuatu yang agak aneh, tetapi sering terjadi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak olahragawan pensiun ketika mereka masih sangat kompetitif atau masih memiliki kontrak besar. Tapi itulah kenyataannya.”
Pembalap tim McLaren Formula 1, Lando Norris, juga kerap membicarakan tentang kesehatan mental. Pembalap Ducati MotoGP, Jack Miller, juga baru-baru ini membicarakan tentang kesulitan yang dihadapi atlet dalam kompetisi level tinggi.
Andrea Dovizioso mengatakan setiap atlet memiliki masalahnya sendiri dan punya solusi masing-masing untuk menghadapi segala tekanan.
“Saya tidak begitu terkejut, karena jika Anda melihat sejarah olahragawan terbaik di dunia, banyak yang memiliki masalah serupa. Tetapi, itu adalah tekanan dari olahraga tingkat tinggi atau konsekuensi dari masalah keluarga,” ujarnya.
“Semua ada batasnya, jadi setiap atlet memiliki banyak tekanan dan tidak mengalami situasi dengan cara yang kebanyakan orang pikirkan sepanjang waktu.
“Tidak ada yang tahu apa yang dirasakan setiap pembalap, semua orang melakoni balapan dengan cara yang sama sekali berbeda.”
Casey Stoner mengatakan rasa cemas berlebihan yang dialaminya datang ketika dapat tampil baik, dan semakin buruk ketika menjadi yang terbaik di trek. Itu dikarenakan tekanan dan ekspektasi yang meningkat.
“Saya pikir ketika Anda meraih banyak kemenangan dan menunjukkan betapa kuatnya Anda, itu akan menciptakan situasi yang aneh di mana Anda harus selalu berada dalam pola pikir itu sepanjang waktu,” ucap Dovizioso.
“Untuk atlet, sangat sulit seperti itu karena hampir tidak mungkin untuk bertahan lama di level itu. Ketika Anda terbiasa menang dan mulai menjadi sedikit lebih rumit, sulit untuk menanggung beban, dan saya pikir itulah yang terjadi.”