Manuel Gonzalez: Pindah ke Moto2, Harus Ubah Drastis Gaya Balap

Setelah menempuh jalan berliku, Manuel Gonzalez akhirnya jadi salah satu rookie Moto2 2022. Tanpa tekanan untuk mencapai posisi terdepan, ia tak ngoyo finis terdepan.
Oleh: Xaveria Yunita , Editor 19 Feb 2022 12.57

Setelah memenangi European Talent Cup pada 2017, jalan menuju grand prix tak otomatis terbuka untuknya. Gonzalez menyambar tawaran dari Supersport 300 yang didominasi dua tahun kemudian.

Pada 2020, ia promosi ke World Supersport (WSSP). Selepas belajar banyak, Gonzalez lebih siap bertarung dan berhasil merebut kemenangan perdana. Akhirnya, rider Spanyol itu mendarat di peringkat ketiga klasemen setelah Dominique Aegerter dan Steven Odendaal.

Usia muda, punya skill dan talenta mumpuni merupakan daya tariknya. Gonzalez direkrut Yamaha VR46 Master Camp untuk Moto2 2022.

Kesempatan emas itu tak disia-siakan. Impiannya untuk berlaga di MotoGP kian dekat.

“Saya ingin terus bersama Yamaha dan kesempatan muncul untuk pindah ke Moto2. Impian saya selalu MotoGP,” ujarnya kepada Speedweek.

“Saya berada di paddock Superbike selama empat tahun. Saya sangat gembira di sana, tapi sekarang saya dapat peluang ini. Saya tahu harus mengambilnya.”

Gonzalez menyadari jalan yang akan dilalui ke depannya sangat terjal. Tipe motor ganti dan kompetisi berlangsung sangat panjang, 21 balapan.

Berita Terkait :  Alasan Rossi tak mampu rebut juara di MotoGP Brno Rep Ceko

“Kejuaraan dunia sangat panjang, 21 balapan, paling lama di antara musim yang pernah saya lalui. Kami harus memulai dengan tenang dan mengambil langkah demi langkah,” tuturnya.

“Saya tidak punya ekspektasi apa pun sekarang, dari sisi tempat atau waktu. Saya hanya mau berkembang hari demi hari dan mendekati puncak.

“Tentu saya ingin berada di depan karena saya yakin seorang pembalap mampu ada di sana. Motor kami akan berada di antara yang terbaik dengan tim ini. Kami mesti bekerja keras dan sekarang, kami punya tiga hari di Portimao.”

Pertolongan Kepala Kru

Beberapa orang yang ada di belakangnya, merupakan sumber kekuatan remaja 19 tahun tersebut.

“Saya sangat nyaman dengan orang-orang di belakang saya, kepala kru, ahli data dan para mekanik. Saya tidak dapat tekanan untuk berada di atas sekarang. Saya yakin kami akan berada di depan ketika waktunya tepat,” Gonzalez menjelaskan.

“Untuk saat ini, saya akan mencoba jadi pembalap terbaik semampu saya dan mendorong setiap hari.”

Sebagai pendatang baru, VR46 menyediakan pelatih Roberto Locatelli. Namun, Gonzalez mengklaim bantuan terbesar justru diberikan oleh kepala kru Luca Capocchiono.

“Dia juga pelatih untuk tim kami, tapi dia tak banyak membantu dalam hal gaya balap karena dia tidak pernah mengendarai motor supersport. Karena itu, dia tidak tahu perbedaannya,” katanya.

Berita Terkait :  Masih marah, Rossi nyatakan tak akan maafkan Marquez, begini curhatnya

“Saya kira bantuan terbesar datang dari kepala kru Luca Capocchiono karena dia tahu beda antara sasis. Dia berada di Kejuaraan Dunia Superbike beberapa tahun silam.”

Dalam tes di Sirkuit Jerez, 16-17 Februari, Manuel Gonzalez berada di blok tengah ke bawah. Menunggangi motor Kalex, ia mencatatkan 1:43,132 di hari pertama dan 1:43,208 pada hari berikutnya.

Pembalap, yang akan berpartner dengan Keminth Kubo, tersebut sebenarnya pernah mencicipi Moto2 pada 2021. Kala itu, ia diminta MV Agusta Forward tampil di Aragon dan Assen.

Hilangkan Kebiasaan

Namun, musim ini, ia menunggangi Kalex. Celakanya dalam tes motor mengalami kerusakan mesin.

“Kami sudah punya rencana di Jerez, tapi mesin rusak pada hari pertama sehingga kami kehilangan setengah hari. Kami mesti bekerja lebih keras pada Kamis. Kami mencoba beberapa setelan untuk menemukan posisi di atas motor,” ujarnya.

“Kami tidak bisa banyak mencoba, jadi saya tidak terlalu gembira dengan tes. Saya ingin lebih maju. Tapi, itulah tes dan lebih baik punya masalah sekarang daripada saat balapan. Saya akan mencoba bekerja lebih baik selama tiga hari di Portimao.”

Berita Terkait :  Marc Marquez Diminta Lanjutkan Pemulihan Konservatif

Pergantian dari Yamaha R6 ke Moto2-Kalex sungguh menyulitkan. Selama dua tahun menekuni WSSP, tentu ada kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk di atas motor. Sulit untuk mengubahnya saat ini.

“Selama dua tahun di Supersport, saya memiliki kebiasaan dari motor 600, yang merupakan motor jalanan. Karakternya sangat berbeda dengan motor Moto2,” ia mengungkapkan.

“Sasis Moto2 sangat kaku, bannya juga sangat keras, Mesin tidak bisa membantu dengan sasis dan ban itu. Sangat sulit. Setiap pembalap yang pindah ke Moto2, harus mengubah gaya balap secara drastis. Dimulai dengan rem, Anda harus mengerem lebih lembut dan belok dengan kecepatan lebih. Sangat aneh, Anda harus melakoni lap untuk itu.

“Kami akan mulai melihat waktu lap di Portimao. Sejauh ini, saya fokus beradaptasi pada motor dan memahami apa yang dibutuhkan untuk balapan. Anda bisa sangat agresif pada motor 600, ban Pirelli membuat Anda bisa mendorong ke batas di setiap lap dan setiap tikungan.

“Saya tidak tahu batas motor Moto2. Anda memperbaiki lap demi lap, lalu Anda jatuh dan Anda tidak mengerti kenapa Anda jatuh. Anda harus ekstra hati-hati dan mencoba menemukan set-up tepat sehingga Anda dapat mengebut.”

Related posts