BabatPost.com – Arif Satria berjongkok dengan mata nanar. Reva Adi Utama tampak berusaha keras menahan tangis sampai-sampai kiper Persija Jakarta Andritany Ardhiyasa juga ikut berusaha menyemangatinya.
Yang terjadi setelah laga melawan Persija pada Senin (14/2) itu menggambarkan tamparan keras yang dialami lini belakang Persebaya Surabaya.
Kemenangan yang sudah berada di depan mata terampas, sama dengan empat hari sebelumnya ketika menghadapi Persela Lamongan.
Alie Sesay, partner reguler Arif di jantung pertahanan Green Force, menyadari Persebaya kehilangan fokus yang berujung pada kandasnya kemenangan. Menurut dia, banyak faktor penyebab sehingga hal tersebut bisa terjadi. Salah satunya, jadwal yang sangat padat yang mengakibatkan tidak bisa main secara bugar 100 persen.
”Kami bermain empat hari sekali. Terutama pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang,” katanya.
Banyaknya pemain yang diisolasi juga memengaruhi kebugaran. Selain itu, komunikasi secara intens berkurang karena yang terpapar Covid-19 harus menjalani karantina mandiri. ”Tapi, itu tidak harus menjadi alasan. Sebagai pemain profesional, seharusnya semua itu bisa diatasi,” jelas pemain kelahiran Inggris yang kini membela tim nasional Sierra Leone tersebut.
Untuk mengatasinya, mantan bek Leicester City itu sudah berbicara dengan rekan-rekannya. Khususnya yang berposisi di lini pertahanan. ”Kami sudah menganalisis dua pertandingan itu dan saling berbicara agar kesalahan itu tidak terulang lagi,” ujarnya.
Alie menjelaskan, banyaknya pemain muda dalam tim sedikit berpengaruh pada sisi mental untuk menghadapi situasi sulit seperti sekarang. ”Tapi, saya yakin ada beberapa pemain yang punya pengalaman lebih dan kepemimpinan untuk membantu tim ini bangkit,” tegasnya.
Arif Satria mengakui, hasil yang kurang baik memang ikut memengaruhi mental bermain di lapangan. Kebobolan pada menit terakhir membuat pemain Green Force shock. ”Tujuan kami menang, tapi gagal,” ucapnya setelah Persebaya ditahan imbang 2-2 oleh Persela pada 10 Februari lalu.
Tidak pastinya skuad yang akan berlaga karena harus melihat hasil tes PCR menjadi problem lain. Menurut dia, proses adaptasi sedikit sulit. ”Semoga ke depan kami bisa perbaiki lagi,” tuturnya.