KTM Akui Lima Pabrikan Menentang Ducati Gunakan Holeshot Device di Depan

Terobosan baru Ducati dengan mengaplikasikan ride height adjuster di depan Desmosedici GP, dapat tentangan dari Asosiasi Pabrikan Motor yang berlaga di MotoGP (MSMA).
Oleh: Xaveria Yunita , Editor 16 Feb 2022 04.59

Perangkat yang juga disebut holeshot device itu berfungsi menaikkan atau menurunkan suspensi motor secara mekanis.

Sejak 2019, pabrikan asal Borgo Panigale itu menerapkan pengatur ketinggian pada bagian belakang motor. Beberapa tim juga sudah mengikuti langkah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Ducati menemukan fungsi lain alat itu ketika dipasang di bagian depan, yakni mengurangi potensi wheelie (ban depan terangkat) dan mendongkrak akselerasi saat start maupun keluar tikungan.

Inovasi tersebut tidak mendapat teguran dari MotoGP karena masih sesuai regulasi di mana pergerakannya secara mekanis, bukan listrik.

Manajer Red Bull KTM, Francesco Guidotti, mengakui ada dorongan pabrikan non-Ducati untuk melarang perangkat itu.

Berita Terkait :  Alex Marquez: Segalanya Terbuka di MotoGP

“Ya, keadaannya seperti itu sekarang. Tapi, itu bukan tentang posisi KTM, itu tentang posisi aliansi pabrikan MSMA,” ia mengungkapkan kepada Speedweek.com.

“Pada MSMA, lima dari enam pabrikan menginginkan perangkat tipe itu dilarang. Kami mencoba terus mendorong itu. Karena itu membuang uang dan dana.”

Merujuk pada kata-kata manajer teknik KTM MotoGP, Sebastian Risse, bahwa teknologi ride height adjuster berasal dari zaman batu, Guidotti mengamini.

Boleh dibilang sedikit aneh jika mengingat pria Italia tersebut musim lalu bekerja untuk Pramac Racing, tim satelit Ducati. Di samping itu, KTM juga mencoba memasang perangkat tersebut di bagian depan RC-16. Berbeda dengan rivalnya, tim Austria tidak melihat keuntungan besar.

“Ya, tentu saja. Saya setuju (dengan sebutan itu). Empat pabrikan lain juga sudah membagikan opini,” ucapnya.

“Saya tidak tahu apakah sistem tersebut punya dampak positif terharap waktu lap. Apa yang kami ketahui sekarang, itu malah menimbulkan kerumitan.

Berita Terkait :  5 Pembalap Jadi Korban Keangkeran Tikungan Air Terjun Sirkuit Sachsenring

“Sistem seperti itu tidak bisa dideskripsikan sebagai perkembangan teknik. Karena banyak motor jalan raya yang sudah dibekali suspensi elektronik yang bekerja dengan sempurna. Tapi, itu tidak diizinkan MotoGP.

“Perangkat mekanis seperti itu hanya membuat kerepotan. Jika sistem ini bisa meningkatkan kecepatan, maka kami akan ambil posisi: kami tidak memerlukannya.”

Guidotti juga berkomentar mengenai sensasi yang dirasakan tim selepas tes pramusim di Sirkuit Mandalika. Keluhan berdatangan karena trek kotor dan membuat opini pembalap terbagi dua.

Setelah jeda, para pembalap diminta memutari trek 20 lap hanya untuk membersihkan motor. Saat ada beberapa pembalap yang menentang inisiatif tersebut, KTM nekat mengaspal dan mengambil risiko.

“Saya sarankan ada jeda dalam tes agar aspal dibersihkan dulu, terutama titik-titik buruk. Setelah itu dilakukan, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Kemudian, tim-tim sepakat mengirim pembalap ke trek pada 20 lap,” Guidotti menjelaskan.

Berita Terkait :  MotoGP Australia: Jack Miller: 'Saya pikir tidak mungkin balapan di rumah dengan warna pabrik' | MotoGP

“Michelin memberi beberapa pasang ban ekstra untuk ini. Kami tidak rugi apa pun. Kami harus mencobanya, kecuali kami ingin membuang sisa hari tes. Rencana kami terbayar karena kami bisa berkendara pada sore.

“Pembatalan (tes) tidak membantu sama sekali. Setidaknya, kami harus mencoba. Jika rencana 20 lap tidak berfungsi, kami selalu bisa berhenti.

“Memang ada pembalap yang tidak setuju dengan rencana kami karena sedikit berisiko akibat permukaan aspal. Tapi , kami tidak meminta kepada siapa pun mematok rekor lap. Kami hanya mengatakan, ‘Hanya keluar dan lakukan 20 lap. Kondisi lebih baik dari lap ke lap. Jadi rencana itu berhasil.”

Related posts