Ducati terkenal dengan inovasi teknologi yang mumpuni dalam MotoGP beberapa tahun ini. Seiring dengan diluncurkannya perangkat baru, para pembalap dituntut fokus mempelajari kapan dan bagaimana menggunakannya.
Oleh: Germán Garcia Casanova Co-author: Matteo Nugnes Diterjemahkan oleh: Xaveria Yunita , Editor 8 Feb 2022 07.57
Desmosedici GP 21 sangat mengesankan jika melihat bagaimana Ducati dan tim satelitnya memborong berbagai gelar bergengsi, kecuali juara dunia pembalap. Padahal, Francesco Bagnaia bangkit lebih kuat pada paruh kedua musim 2022.
Rider yang sudah mencoba motor tersebut mengaku tidak ada masalah dan bisa balapan dengan nyaman. Kendati demikian, General Manager Ducati, Luigi ‘Gigi’ dall’Igna merasa masih ada kekurangan.
Menurutnya, problem yang ditemukan pada GP21 bisa diperbaiki. Peningkatan itu juga diaplikasikan kepada GP22.
“Tentu saja (belum bagus), meski saya harap kami dapat meningkatkannya pada 2022,” ucapnya.
“Kami puas dengan perilaku umum motor 2021, meski ada beberapa kekurangan dari sisi performa dan pada beberapa area. Anda bisa mengetahui ketika melihat balapan.
“Contohnya, di Assen, jelas bahwa kami punya sesuatu untuk ditingkatkan di tikungan, kecepatan tinggi, terutama saat menyalip. Area ini yang coba kami tingkatkan pada motor baru.”
Meski sudah tahu kelebihannya, terutama dari sisi tenaga dan kecepatan, bukan berarti pabrikan Borgo Panigale hanya fokus memoles kekuatan. Semua sektor mesti diperbaiki.
“Saya kira tidak ada satu area yang lebih penting daripada lainnya. Kami perlu mengembangkan motor dalam segala aspek, mulai sasis hingga aerodinamikan, serta perangkat penurun motor yang jadi elemen penting untuk performa motor,” ia menjelaskan.
“Tapi juga, mesin atau elektronik. Pada akhirnya, hal fundamental adalah menemukan kompromi bagus antara semua area itu, menyeimbangkan aspek motor dengan baik. Saya yakin bahwa ini adalah tujuan sebenarnya dari desainer dan para insinyur yang mengerjakan desain MotoGP.”
Ducati merupakan pionir dalam penggunaan perangkat untuk menyesuaikan ketinggian motor. Sistem yang mereka tunjukkan pertama kali pada 2018, terus ditingkatkan.
Belakangan beberapa tim mengekor mereka. Bahkan, Aprilia mengusung alat itu dan mengujinya di Sepang.
“Sulit bicara tentang aspek teknik sekarang. Ini adalah area penting, di mana semua pabrikan bekerja keras untuk menemukan peningkatan. Tapi, saya tidak dapat menjelaskan apa yang kami lakukan pada motor kami tahun ini, setidaknya sampai melihat solusi serupa pada motor lain,” tuturnya.
Peralatan baru selalu merepotkan para pembalap. Karena mereka mesti mempelajari tombol dan pedal mana yang harus ditekan, kapan dan bagaimana menggunakannya.
Dall’Igna tak mau kompromi meski tahu para pembalap MotoGP tidak terbiasa dengan tombol-tombol, seperti pilot Formula 1.
“Jelas bahwa para pembalap perlu fokus, tapi saya kira ada ruang untuk mengatasi hal-hal seperti ini, karena pembalap Formula 1 melakukan banyak hal. Jelas bahwa mengendarai motor tidak sama dengan mobil, tapi jujur, pembalap kami tidak mendeteksi itu,” katanya.
“Kami belum menyadari bahwa mereka punya masalah dalam mengelola sistem berbeda karena tak ada kewajiban menggunakannya. Jelas bahwa ada performa yang hilang, tapi motor terus bekerja seperti biasa.
“Apa yang kami kerjakan adalah sedikit dari seluruh bagian kontrol motor, di sisi manajemen mesin. Saya kira kami masih punya ruang untuk melakukan lebih baik.”