Klub Minta Hasil Tes PCR Mandiri Jadi Pembanding

Klub Minta Hasil Tes PCR Mandiri Jadi Pembanding

BabatPost.com – Polemik soal perbedaan hasil tes PCR mandiri Persebaya Surabaya dengan yang diadakan PT Liga Indonesia Baru (LIB) berlanjut. PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyebutkan bahwa Persebaya tak berkoordinasi dengan pihaknya saat melakukan tes mandiri. Sementara itu, Persebaya berkirim surat resmi kepada LIB selaku operator kompetisi meminta, antara lain, agar prosedur tes PCR sebagai rujukan ditata ulang.

Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa belum ada alat tes PCR yang akurat 100 persen.

Read More

Sejauh ini, tingkat sensitivitas PCR hanya 95–98 persen. Dia pun mempersilakan untuk melakukan tes lagi sebagai pembanding.

Tes LIB maupun tes mandiri Persebaya jelang melawan Persipura (6/2) itu diadakan di tempat yang sama. LIB hanya menggunakan tes yang mereka adakan sebagai rujukan. Akibatnya, sejumlah pemain inti Persebaya yang hasilnya positif Covid-19 di tes versi LIB (5/2), tapi negatif di tes yang diadakan Persebaya (6/2), gagal turun saat melawan Persipura.

Direktur Operasional LIB Sudjarno menyebutkan, saat melawan PSIS di laga sebelumnya, LIB-lah yang memfasilitasi tes kedua kepada Persebaya. Fasilitasi itu dilakukan karena hanya 13 pemain Persebaya yang negatif pada hasil tes PCR pertama. ”Lalu, dari tes yang kami fasilitasi itu, ditemukan dua negatif (sehingga keduanya bisa masuk DSP),” ujarnya.

Berita Terkait :  Ricky Kambuaya Tak Bisa Perkuat Persebaya saat Lawan Persikabo 1973

Saat itu, lanjut dia, LIB belum bekerja sama dengan Kimia Farma seperti sekarang. Masih memakai Labkes Provinsi Bali saja. Setelah bekerja sama dengan Kimia Farma, LIB melakukan dua kali tes PCR kepada klub. Yakni, pagi dan malam H-1. ”Yang malam itu jika ada klub yang mengajukan banding atas hasil tes PCR paginya,” katanya.

Pria yang juga menjadi Kasatgas Covid-19 BRI Liga 1 tersebut menambahkan, saat itu (melawan PSIS), Persebaya juga melakukan komunikasi. Ketika melawan Persipura, hal tersebut tidak dilakukan.

Perubahan DSP dilakukan sampai 90 menit sebelum kickoff. Asalkan berkomunikasi dahulu dengan LIB. ”Kami cek dulu eligibilitasnya. Kalau kemudian hasil tiap lab berbeda-beda, kami tidak memperdebatkan hasil karena dari sisi medis yang bisa menganalisis hal tersebut adalah ofisial PCR kami,” katanya.

Sekretaris Persebaya Ram Surahman kecewa atas sikap LIB tersebut. ”Ini kan kasus baru. Daripada LIB bersikap reaktif seperti ini, seharusnya kan lebih responsif bagaimana ke depan,” terangnya.

Karena itu, kemarin Persebaya mengirimkan surat resmi kepada LIB. ”Pertama, kami meminta prosedur PCR sebagai rujukan itu perlu ditata ulang,” jelasnya.

Kedua, lanjut Ram, isi surat itu meminta agar Persebaya dan 17 klub Liga 1 lainnya diberi kebebasan melakukan tes PCR mandiri yang bisa menjadi pembanding hasil tes LIB. Hasil tersebut sekaligus bisa menjadi rujukan perubahan DSP.

Berita Terkait :  Pucuk Pimpinan Askot PSSI Surabaya Tetap Berada di Tangan Ketua Lawas

Ram menambahkan, apa yang dilakukan Persebaya itu bukan disebabkan kekalahan oleh Persipura (6/2). Dia menuturkan, Persebaya sudah ikhlas akan kekalahan tersebut. ”Kami dorong mereka menata ulang biar lebih klir. Karena di regulasi tidak diatur teknis seperti ini,” ucapnya. ”Sekarang kami sudah mengirimkan secara tertulis, ayo jawab secara tertulis juga,” lanjutnya.

Sementara itu, dokter tim Persebaya Pratama Wicaksana mengatakan, soal komunikasi dengan LIB jelang melawan Persipura, pihaknya mengaku memang tidak ada. Sebab, sempat ada meeting semua dokter tim dan dokter satgas secara virtual sebelum BRI Liga 1 digelar. ”Dijelaskan bahwa hasil PCR untuk penentuan pemain dan ofisial yang bisa masuk DSP adalah PCR H-1 dari LIB. Kami hanya mengikuti regulasi itu sehingga PCR mandiri Persebaya memang tujuannya hanya sebagai pembanding,” ungkapnya.

Lain halnya dengan Bhayangkara FC. Chief Operating Officer (COO) Bhayangkara FC Kombespol Sumardji mengungkapkan, timnya tetap mengikuti program tes PCR yang dilakukan LIB. Apa pun hasilnya, tim berjuluk The Guardian itu mematuhi.

Hingga pekan ke-23, skuad Bhayangkara FC tidak pernah terserang badai Covid-19. Menurut Sumardji, itu terjadi karena The Guardian melakukan banyak antisipasi sejak tiba di Bali. Salah satunya memilih hotel yang jauh dari pusat kota dan pantai.

Berita Terkait :  Persebaya Bakal Lawan Persis, PSIS, dan Persija di Piala Wali Kota

”Selama berada di Bali, Bhayangkara FC memilih tinggal di Ubud. Ubud jauh dari mana-mana. Itu memengaruhi interaksi para pemain dengan orang di luar tim,” kata mantan Kasubdit Registrasi dan Identifikasi Ditlantas Polda Metro Jaya tersebut.

Pada kesempatan lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, beberapa waktu lalu angka tes cukup tinggi. Biasanya 250 ribu orang per hari, tapi kemudian sempat mencapai 500 ribu. Itu membuat kewalahan laboratorium dan tim PeduliLindungi. Dengan demikian, Budi menyatakan ada kemungkinan 1 persen kekeliruan.

Satgas Covid-19 juga mengisyaratkan bahwa masyarakat boleh mengambil tes PCR tandingan. Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan bahwa ada permintaan untuk tes pembanding karantina dari beberapa pelaku perjalanan luar negeri. Terutama berkaitan dengan tes saat kedatangan, pada hari keempat, serta keenam menjelang berakhirnya masa karantina.

Namun, Wiku berpesan agar masyarakat melakukan tes pada laboratorium-laboratorium yang telah ditunjuk pemerintah. Misalnya, jaringan lab dari Balitbangkes, RSCM, RSPAD, dan RS Polri. ”Serta lab-lab lain yang sudah ditunjuk Kementerian Kesehatan,” jelasnya.

Selain itu, Wiku berpesan agar laboratorium-laboratorium rujukan terus meningkatkan upaya kalibrasi seiring permintaan tes yang terus meningkat. Itu penting untuk menjaga kualitas tes yang valid dan akurat.

Related posts