Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan soal potensi Darryn Binder sebagai pembalap MotoGP. Namun Team Manager RNF Yamaha Wilco Zeelenberg melihat kesamaan sang rookie dengan Fabio Quartararo.
Oleh: Mark Bremer Diterjemahkan oleh: I Gede Ardy Estrada , Editor 3 Feb 2022 10.45
Kepindahan Darryn Binder dari Moto3 langsung ke MotoGP musim 2022 banyak dibicarakan. Pembalap Afrika Selatan ini telah membangun reputasi tertentu di kelas lightweight dalam beberapa tahun terakhir.
Ia memainkan peran kunci dalam hasil akhir pertarungan gelar Moto3 2021 antara Pedro Acosta dengan Dennis Foggia, dan dijuluki ‘Divebomb Darryn’ karena manuver agresif yang kerap merugikan rider lainnya.
Bahwa ada tanda tanya atas debutnya di kelas premier karena hal tersebut dapat dibenarkan. Bos WithU Yamaha RNF MotoGP Team Razlan Razali menggambarkannya sebagai “pertaruhan” saat presentasi tim.
Setelah penampilan perdananya selama tes akhir musim di Jerez pada November lalu, Binder beraksi lagi selama tiga hari Shakedown Test di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, yang selesai Rabu (2/2/2022).
Bagi RNF, shakedown adalah pemanasan awal setelah menjalani musim dingin yang sibuk, di mana tim harus dibangun kembali setelah keluar dari Petronas. Tim sekarang muncul sebagai sebuah entitas baru.
“Karena (transformasi) itu, musim dingin kami sangat sibuk. Tetapi sekarang semuanya sudah segar dan lengkap. Ini memberi kami semangat dan kami senang membuat putaran nyata pertama di sini,” ujar Zeelenberg kepada Motorsport.com.
“Bagi Darryn, penting untuk meluangkan waktu dan membiasakan diri dengan mesin (MotoGP), namun juga tidak membuat kesalahan bodoh. Kami mencoba membawanya ke level yang dibutuhkan agar dapat bersaing dalam race pertama di Qatar.”
Dibandingkan tahun lalu, banyak yang berubah di tim. Divestasi proyek di Moto3 dan Moto2 membuat Johan Stigefelt keluar dari tim. Kepergian Valentino Rossi juga menyisakan lubang, yang kini diisi Binder.
Pembalap debutan itu akan bekerja dengan Noe Herrera, yang bekerja untuk Raul Fernandez di tim Moto2 Aki Ajo tahun lalu. Untuk Zeelenberg sendiri, ia masih harus berurusan dengan melatih rookie, seperti tiga tahun lalu dengan Fabio Quartararo.
“Fabio lebih muda ketika kami membawanya ke dalam tim, tetapi dia memiliki sedikit kesuksesan di usia muda,” kata Zeelenberg yang sejak itu membangun reputasi untuk melatih rider yang disebut ‘underdog’.
“Pada usia 14 tahun dia jauh lebih baik daripada pembalap lain. Dia lalu melewati fase sulit dan dengan cepat membuat tim lelah. Kami memilihnya karena dia memiliki bakat untuk menunjukkan hal-hal spesial.
“Sama halnya dengan Darryn. Dia sangat kuat dan punya kecerdasan, dan saya mengenalinya dari Fabio. Anda tak bisa menyingkirkan orang seperti itu dengan mudah dan karenanya kami membawanya dari Moto3 ke MotoGP.
“Dalam hal bakat murni, mungkin tidak sama, tetapi perbedaannya tidak terlalu besar. Kami percaya kami dapat membantunya dengan cara benar sehingga dia memiliki masa depan yang kompetitif di MotoGP.”
“Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan sekarang, tetapi jelas merupakan tantangan besar bisa membawanya ke titik itu,” pria 55 tahun kebangsaan Belanda tersebut menjelaskan.
Secara personal, Wilco Zeelenberg mengaku dirinya mendapatkan lebih banyak kepuasan dari membantu pembalap muda yang tidak langsung terlihat sebagai pesaing mapan di panggung utama oleh publik luas.
“Secara keseluruhan, saya telah aktif dalam olahraga (balap) motor selama sekitar 50 tahun. Saya dapat motor pertama saya ketika berusia empat tahun. Saya juga telah memegang hampir semua posisi yang bisa dibayangkan dalam tim balap,” ujarnya.
“Saya telah menjadi kepala kru dan mekanik, tetapi saya juga membuat motor saya sendiri. Sebagai rider, Anda tahu detail apa yang harus dicari dan apa yang terjadi dengan pembalap.
“Terutama di momen-momen khusus, Anda bisa membuat perbedaan dengan memberi tahu mereka, membimbing mereka di waktu tepat atau menumbuhkan kepercayaan diri. Ini tak hanya berlaku bagi pembalap, tetapi juga tim,” kata Zeelenberg.