Banda Aceh (BabatPost.com) – Duta Besar Finlandia di Republik Indonesia HE Mr Jari Sinkari menemui Gubernur Aceh Nova Iriansyah dalam rangka membahas perkembangan provinsi itu setelah penandatanganan perjanjian damai atau MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005.
“Kita mengucapkan terima kasih kepada negara Finlandia, Aceh sudah mengalami banyak perubahan pascadamai,” kata Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Banda Aceh, Rabu.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Meuligoe Gubernur Aceh tersebut, Nova Iriansyah didampingi oleh Juru Bicara Pemprov Muhammad MTA dan Asisten 1 Setda Aceh M Jafar. Sedangkan Dubes Finlandia didampingi oleh Second Secretary of Political and Cultural Affairs Ms Kati Temonen.
Dalam pertemuan tersebut, Nova menyampaikan bahwa Aceh telah mengalami banyak perubahan, bahkan masyarakat sudah sangat akrab dengan Finlandia setelah proses perdamaian tersebut.
“Sekarang kita hidup damai, dan ini semua berkat dukungan dari Pemerintah Pusat dan berbagai negara lainnya,” ujarnya.
Nova menuturkan, setelah keluar dari konflik dan hidup dalam kedamaian, Aceh terus berbenah, sehingga kini sudah mulai banyak investasi yang datang ke Aceh.
“Kami juga terus memberikan beasiswa kepada masyarakat kami untuk bisa kuliah ke luar negeri,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Nova juga menjelaskan bahwa dampak dari perdamaian, Aceh menjadi daerah yang berbeda di Indonesia karena keistimewaan dan kekhususannya.
Salah satunya, kata Nova, Aceh mempunyai partai politik lokal yang tidak ada dimiliki provinsi lain, kemudian pembagian hasil minyak bumi, serta berbagai keistimewaan lainnya yang diberikan untuk tanah rencong.
“Aceh juga memiliki dana otonomi khusus sampai dengan 2027, tetapi kami akan memperjuangkan agar dana otsus ini diperpanjang,” ujar Nova Iriansyah.
Sementara itu, Dubes Finlandia HE Mr Jari Sinkari mengakui bahwa Aceh saat ini sudah sangat nyaman dan bersih dibandingkan ibu kota Jakarta, serta pembangunan yang merata.
“Tadi kita juga ke Museum Tsunami dan Kapal Apung, kita bisa merasakan dahsyatnya tsunami, dan juga pembangunan di Aceh,” katanya.
Dirinya menambahkan, Finlandia juga pernah merasakan terjadinya perang saudara seperti yang dialami Aceh saat konflik masa lalu, dan itu begitu dirasakan masyarakat di sana.
“Di Finlandia pernah terjadi perang saudara pada tahun 1918, dan itu 100 tahun kemudian juga masih terasa,” demikian Jari Sinkari.