Valentino Rossi: Saya Marah Saat Yamaha Umumkan Rekrut Lorenzo

Relasi Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo selaku rekan setim di Yamaha tidak bisa dibilang harmonis. Legenda MotoGP tersebut menegaskan iklim kompetisi yang membuatnya berlaku seperti itu.

Kedua pembalap tersebut berkumpul dalam Fiat Yamaha Team selama tiga tahun, 2008-2010. Alih-alih memandang Lorenzo sebagai rekan setim, juara MotoGP tujuh kali itu memandang sang pendatang baru sebagai ancaman.

Rossi pun membangun tembok secara tak kasat mata. Lorenzo berusaha mendekatinya untuk belajar, tapi ditolak mentah-mentah.

Yang lebih parah, rider veteran itu meminta agar paddock diberi batas agar kru pembalap Spanyol tersebut tak mengintip aktivitas mereka.

Perlakuan kurang menyenangkan membuat Lorenzo mundur teratur dan mengubah pemikiran jadi mode tempur. Ia pun menganggap Rossi sebagai musuh.

Mereka kerap terlibat dalam persaingan sengit. Salah satu yang paling diingat Rossi adalah MotoGP Catalunya 2009 di Barcelona.

“Duel paling buruk? Itu terjadi pada 2009 di Barcelona,” ujarnya dalam program In Depth, dilansir AS.

“Dalam tim, mulai ada beberapa masalah. Di satu sisi, itu sebuah kegembiraan besar karena saya menang. Di sisi lain, saya merasa marah…”

Pemilik Akademi Pembalap VR46 tersebut mengaku tak tenang saat pabrikan dari Iwata memberitahu sudah merekrut juara dunia kelas 250cc dua kali (2006-2007). Kekhawatirannya terbukti karena Lorenzo langsung naik podium dalam laga perdananya di Qatar.

Kala itu, rookie melintasi garis finis di urutan kedua. Bahkan, menjadi pemenang dalam MotoGP Portugal, yang digelar pada pekan ketiga. Ia menutup musim debut pada peringkat keempat, sedangkan Rossi ditahbiskan sebagai juara.

Seiring berjalannya waktu, Lorenzo makin menggeliat dan puncaknya musim 2011, merengkuh trofi juara dunia. Giliran The Doctor yang terpuruk ke posisi ketiga.

Kekecewaan mendorong Rossi pindah ke Ducati musim berikutnya. Ia berharap bisa menandingi Lorenzo dengan menunggangi motor berbeda.

“Pada 2008, Yamaha memutuskan menurunkan dua pembalap top. Saya marah dengan Yamaha kemudian berkata kepada diri sendiri, ‘Saya datang ke sini, saya menang setelah 20 tahun, saya pantas mendapat rekan yang kemampuannya lebih di bawah saya’,” Rossi mengenang.

“Tapi tidak, mereka malah mengeksekusi rencananya seperti itu. Ini membuat saya pindah ke Ducati dang anti motor karena dengan Lorenzo, semua jadi rumit.

“Dengan Lorenzo, sulit untuk tidak bertarung. Tensi rivalitas kami sangat tinggi.”

Pria 42 tahun tersebut membenarkan kalau hubungan dengan Lorenzo seperti Lewis Hamilton dan Nico Rosberg di Mercedes. Tapi, level pertemanan kedua pembalap F1 itu relatif lebih baik.

“Sangat mirip, tapi mereka lebih berteman dibanding Jorge dan saya. Namun pada akhirnya, mereka menjadi pembalap top dengan tim terbaik, mobil terbaik. Dalam kasus kami, motor terbaik. Masalahnya adalah Anda berduel untuk mencapai target yang sama,” ia menjelaskan.

Setelah sama-sama pensiun, Rossi dan Lorenzo memulai lagi hubungan baik. Pembalap Italia itu bahkan mengundang mantan rekannya dalam balapan tahunan di Ranch.

Related posts