Berdasarkan hasil proyek penelitian terbaru, para pembalap MotoGP dapat membuka mata lebih lama daripada kebanyakan manusia biasa.
Bukan rahasia lagi bahwa barisan rider MotoGP dikenal memiliki skill balap yang mumpuni. Mulai aksi late braking, manuver overtaking, mencetak rekor lap, hingga melakukan penyelamatan dari kecelakaan.
Dan kini, mereka punya keterampilan yang bisa ditambahkan ke dalam daftar, yakni kemampuan untuk tidak berkedip.
Dalam sebuah studi yang dilakukan SIFI dan tim LCR, ditemukan bahwa pembalap MotoGP berkedip jauh lebih sedikit dibandingkan rider Moto2 dan Moto3.
Hasil penelitian mengungkapkan sembilan menit merupakan waktu terlama yang tercatat di antara kedipan mata pembalap MotoGP.
Cal Crutchlow yang pertama diperiksa di Grand Prix Valencia 2015. Berikutnya lalu Takaaki Nakagami pada 2018, dan kemudian semua rider MotoGP, Moto2 serta Moto3 diuji musim 2019. Sebelum balapan dan 30 menit setelahnya.
Salah satu upaya yang paling sederhana adalah uji reaksi pada tablet. Reaksi usai balapan jauh lebih cepat, tubuh masih dalam mode balapan.
Sementara tes kedua dari respons pupil menunjukkan bahwa melaju membuat mata menjadi sangat tegang dan melelahkan.
Salah satu hasil yang paling menarik, pembalap MotoGP rata-rata lebih jarang berkedip ketimbang rider Moto2 dan Moto3. Tidak hanya selama balapan, tetapi bahkan ketika sedang tak berkendara.
Pembalap MotoGP juga berkedip jauh lebih sedikit daripada rekan-rekan non-balap. Selain itu, tidak ada yang menderita mata kering, merah, radang atau iritasi. Meski terus-menerus melihat pandangan ke atas.
“Cairan air mata mereka sangat kaya akan lipid (minyak), sehingga lapisan air mata pada mata tidak pecah dan mereka tidak perlu berkedip,” ucap Professor Stefano Barabino selaku juru bicara SIFI, mengutip Motorradonline.
“Hipotesis lain adalah bahwa mereka memiliki refleks berkedip di otak untuk bertahan hidup.”
Co-owner SIFI, Carmelo Chimes, menuturkan saat pertama memulai penelitian, pembalap MotoGP begitu penasaran. Crutchlow diungkapkannya menunjukkan minat besar dan ingin memahami bagaimana matanya bereaksi di bawah tekanan dan pengerahan tenaga.
Ketika ditanya apa langkah selanjutnya yang akan diambil SIFI, Chimes menjawab, “Pada dasarnya, kami ingin terus meneliti apa perbedaan antara mata normal dan mata pembalap MotoGP.
“Kami juga ingin menyelidiki hubungan antara konsentrasi dan kecepatan berkedip. Dari hasil ini kami berharap dapat memahami apakah seseorang dapat bekerja dengan sedikit trik, latihan atau obat tetes mata untuk mengatasi kelelahan, mata kering atau radang, dan penurunan penglihatan.”
Chimes kemudian mengatakan, pihaknya tengah berencana untuk mengembangkan metode penelitian mata agar dapat mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
“Metode pelatihan eksplisit untuk mata sedang direncanakan untuk 2022 dan 2023. Selain itu, kami ingin menciptakan persepsi yang berbeda tentang perawatan mata di masyarakat pada umumnya dan membuat orang peka terhadap pencegahan,” tuturnya.