Manuel Gonzalez: Saya Satu-satunya Rider Moto2 yang Pernah Tampil di Indonesia

Para pembalap grand prix akan melakoni musim terpanjang dalam sejarah dengan adanya 21 lomba dalam kalender. Sebagai pendatang baru di Moto2, Manuel Gonzalez belum pernah mengaspal di beberapa trek.

Agar tidak keteteran, pindahan dari World Supersport (WSSP) itu mulai mempelajari karakter sirkuit dengan berbagai cara.

Pembalap Yamaha VR46 Master Camp optimistis ketika menatap Sirkuit Mandalika. Pasalnya, di antara seluruh penghuni grid Moto2 2022, hanya dia yang pernah mengebut di sana.

Ia finis urutan kelima pada Race 1 WSSP Indonesia, namun crash saat mengejar kemenangan di putaran selanjutnya. Akibatnya, Gonzalez harus puas mendarat di peringkat ketiga klasemen, di belakang Dominique Aegerter dan Steven Odendaal.

“Ada banyak sirkuit di mana saya sudah pernah balapan, contohnya Qatar dan Phillip Island. Saya tahu mereka, tapi dengan Moto2 pastinya bakal berbeda,” ujarnya.

Berita Terkait :  Mantan pebalap Yamaha ini bisa jadi solusi MotoGP yang dibutuhkannya

“Sementara untuk sirkuit seperti Indonesia, saya punya keuntungan karena saya satu-satunya pembalap yang pernah balapan di sana dan saya harus mengambil keuntungan dari itu. Satu-satunya masalah adalah itu balapan kedua musim ini.

“Jadi saya katakan bahwa Argentina atau Amerika Serikat akan jadi trek yang sulit bagi saya. Sebab, saya belum pernah ke sana, tapi saya seorang pembalap yang bisa beradaptasi dengan mudah.

“Saya tahu bagaimana membaca, bukan hanya seperti apa sirkuit itu, tapi juga tipe tikungan. Saya akan menonton semua video dan saya harap fakta bahwa saya belum pernah ke sana tidak jadi masalah besar.”

Manu Gas menyebut tentang sirkuit yang membantunya menonjolkan bakat. Montmelo, yang jadi tuan rumah Moto2 Catalunya, jadi favoritnya.

Berita Terkait :  Penonton MotoGP menikmati lonjakan rekor pada 2023

“Saya suka sirkuit itu sejak melaju di European Talent Cup. Saya dapat kemenangan di sana dan posisi kedua. Saya kira ini akan jadi sirkuit pertama di mana saya mulai menarik lebih banyak prehatian dan di mana saya dapat mengambil langkah lain,” katanya.

Tekanan besar selalu menghantui pembalap jelang akhir pekan balapan. Untuk menghindari itu, orang tuanya mengantisipasi dengan membawa Gonzalez ke psikolog olahraga sejak berusia 11 tahun.

Langkah tersebut terbukti berguna karena ia lebih mudah menenangkan pikiran dalam berbagai situasi sekaligus menguatkan mental.

“Terima kasih kepada psikolog saya sehingga bisa mempersiapkan diri secara mental setiap akhir pekan. Pembalap selalu membutuhkan bantuan secara mental, yang makin disadari oleh kami dan orang-orang di paddock.

“Ini tentang mengenal setiap momen, apa yang bagus dan tidak, dan tahu bagaimana menganalisisi segala sesuatunya. Saya tidak pernah merasa tekanan berlebihan karena saya sendiri yang meletakkan tekanan kepada diri sendiri,” ia menjelaskan.

Berita Terkait :  Binder memuncaki FP1, gangguan mengganggu Aleix Espargaro

Promosi MotoGP dengan Yamaha

Kematangan mental sangat diperlukan ketika ia menggapai impiannya bertarung di level paling tinggi. Ia berharap bisa promosi dengan motor Yamaha.

“Kami sedang mengupayakan itu. Targetnya tib bersama Yamaha. Saya berada dalam keluarga luar baiasa. Saya bicara dengan Massimo Meregalli dan Lin Jarvis di Misano. Kami gembira dengan proyek tersebut,” tuturnya.

“Ini kesempatan besar bagi saya dan target saya adalah sesegera mungkin ke MotoGP. Jika itu dengan Yamaha, maka semua lebih baik.”

Related posts