Andalan Aprilia, Aleix Espargaro, memilih untuk finis lima besar dalam klasemen MotoGP ketimbang hanya menang satu balapan.
Bagi pembalap papan tengah, menuntaskan balapan di posisi lima besar sangat sulit. Apalagi motornya tidak sekompetitif Ducati atau Yamaha.
Musim depan, Ducati menurunkan delapan motor. Pastinya, misi tersebut menjadi sangat sulit dan kemenangan mustahil didapatkan.
“Saya memilih berakhir di lima teratas. Tentu saja, memenangi sebuah GP dan berada di puncak jadi sebuah impian,” ujarnya dikutip dari Speedweek.
Bisa dimaklumi kalau kakak Pol Espargaro tersebut tidak berangan-angan terlalu muluk. Kemajuan pesat Aprilia RS-GP berhasil mengantarnya ke peringkat ketiga MotoGP Inggris 2021. Pencapaian maksimal dalam kariernya di ajang balap premier.
Kendati ada perkembangan, tapi Aprilia masih jauh dari rival-rivalnya. Espargaro menuntut tenaga lebih besar pada motornya.
“Jika Anda menganalisis semuanya secara tepat, Anda dapat melihat bahwa sangat sulit menuntaskan peringkat kelima di MotoGP. Itu menjadi pertarungan yang sengit,” katanya.
“Itu sensasinya seperti memenangi gelar juara dunia. Itu tidak mustahil juga. Saya hanya perlu tenaga lebih banyak lagi untuk mengambil risiko lebih sedikit.”
Dibanding rekan-rekannya yang memilih menggeber motocross saat libur, Espargaro lebih banyak terlihat menunggangi sepeda. Ketika dihadapkan dengan pertanyaan apakah memilih menang satu lomba MotoGP atau satu etape Tour de France, tanpa ragu ia menyebut balap motor.
“Itu adalah pertanyaan bagus. Saya lebih suka menang dengan Aprolia karena saya bekerja dengan mereka bertahun-tahun. Itu akan jadi pencapaian sangat bagus bagi saya,” pembalap 32 tahun itu menuturkan.
“Namun, ini bukan pilihan mudah. Saya mulai mengendarai sepeda secara serius enam tahun lalu. Awalnya, saya naik sepeda agar lebih bugar untuk MotoGP. Tapi kemudian, saya menjadi jauh lebih profesional dan sekarang, itu seperti sebuah pekerjaan.
“Saya berlatih sepeda setiap hari. Saya punya ahli gizi dan pelatih. Saya menjalani hidup layaknya pebalap sepeda profesional. Saya berlatih seperti itu juga, tapi sayangnya, saya tidak sekencang mereka.
“Saya lihat beberapa tahun terakhir, itu sangat membantu untuk MotoGP karena bobot membuat perbedaan besar. Contohnya, selisih berat terhadap Lorenzo Savadori 10 kg. Itu kurang lebih sepersepuluh ketika mengebut. Jika Anda punya empat zona akselerasi di trek balapan normal, maka Anda unggul 0,4 detik.”