Remy Gardner datang ke MotoGP bukan hanya dengan status rookie dan juara dunia Moto2, namun juga sebagai putra dari salah satu pembalap legendaris yang pernah muncul di kelas premier.
Setelah menanti cukup lama, Remy Gardner akhirnya mendapatkan promosi ke MotoGP pada 2022. Rider Australia itu memang harus menempuh perjalanan panjang hingga bisa sampai di level tertinggi.
Ia menghabiskan enam musim bersaing dalam kategori Moto2 sebelum berhasil membuktikan kapasitas sebagai pembalap yang layak diperhitungkan dengan raihan gelar pada 2021 dengan Red Bull KTM Ajo.
Promosi memang layak didapat Gardner. Secara pengalaman ia sudah matang ditempa pengalaman enam musim bersaing di kelas menengah (intermediate) plus hampir dua tahun di Moto3 (2014-2015).
Soal talenta, tak perlu diragukan. Gardner terus memperlihatkan progres signifikan. Musim lalu, pemuda 23 tahun itu adalah pembalap Moto2 paling konsisten. Ini terbukti dari 18 race, ia 12 kali naik podium, lima di antaranya sebagai pemenang.
Dari segi mentalitas pun ia sudah teruji. Sepanjang musim lalu, Gardner mampu meredam tekanan Raul Fernandez, rookie Moto2 sekaligus rekannya di KTM Ajo, yang tampil kuat dan sempat memberi ancaman serius dalam pertarungan gelar.
“Banyak sekali emosi. Namun jujur saja, saya masih tidak percaya (sudah menjadi juara dunia). Kesuksesan ini akhirnya datang setelah masa-masa yang sulit,” ujar Gardner dalam wawancaranya dengan Motosan.
“Saya telah melalui cukup banyak melalui periode yang buruk, di mana saya pikir saya tidak akan mampu melakukan apa-apa, dan pada akhirnya saya bisa mencapai titik ini, memenangi gelar (Moto2).
Perjalanan karier Remy Gardner memang tak mudah. Berbagai lika-liku dilaluinya demi mengejar mimpi serta mengikuti jejak sang ayah, Wayne Gardner, bersaing di kelas premier Kejuaraan Dunia Balap Motor.
Ia bahkan pernah berpikir jika karier balapnya sudah berakhir setelah mengalami cedera parah saat latihan pada pertengahan musim 2018, kala itu Gardner tengah memperkuat tim Moto2 Tech3 Racing.
“Momen ketika saya mengalami patah tulang kaki, dalam latihan,” ujarnya saat ditanya periode tersulit dalam kariernya. “Itu sangat buruk, patah tulang kaki kiri dan ankle kaki kanan, juga benturan di kepala buat saya tak sadar cukup lama.
“Saya berada di rumah sakit seminggu, operasi, (pasang) tiga pelat dan 19 sekrup. Benar-benar buruk. Itu terjadi di tengah musim. Saya pikir karier saya sudah berakhir. Tetapi saya bisa bangkit dengan Tech3, lalu dapat kontrak dari SAG Team.”
Dari sana, Gardner terus melaju, hingga sampai di Red Bull KTM Ajo, tim top Moto2, pada 2021. Bersama skuad milik Aki Ajo tersebut, ia mampu mengeluarkan talentanya yang berujung dengan gelar.
Konsistensi yang diperlihatkannya sepanjang musim membuat pabrikan Austria yakin untuk mempromosikannya ke MotoGP. Kepastian itu terjadi awal Juni. Gardner reuni dengan Tech3 KTM Factory Racing, kali ini di level tertinggi.
Kesuksesan meraih gelar Moto2 2021 membuatnya sekarang telah menyamai sang ayah, Wayne, menjadi kampiun di kejuaraan dunia. Namun itu belum sepenuhnya sempurna, sebab orang tuanya meraih titel di kelas utama (500cc), pada 1987 silam.
Memiliki ayah seorang juara dunia tidak lantas membuat Remy Gardner terbebani. Ia justru melihat itu dengan perspektif positif. Seperti halnya status sebagai kampiun Moto2, itu tak memberi sang pembalap tekanan menghadapi debut di MotoGP.
“Saya pikir itu bukan kutukan. Orang-orang mengira saya memiliki tekanan karena saya adalah putranya (Wayne Gardner). Dia punya masa lalu yang sedikit tercermin dengan saya,” ia mengungkapkan.
“Tetapi hal tersebut baik juga sebab dia membimbing saya ke tempat saya kini berada. Memiliki ayah (eks pembalap) membantu karena Anda bisa mendapat banyak informasi. Tetapi dari level profesional, Anda tetap harus bangun sendiri.”
Dari sang ayah, darah balap mengalir dalam diri Gardner. Ia mulai belajar mengendarai sepeda motor saat usai empat tahun. Ia kemudian meniti karier dengan turun di ajang dirt track dan long track.
Langkah yang ditempuh pemuda kelahiran Sydney, Australia itu selanjutnya adalah mengikuti berbagai kejuaraan nasional di negaranya. Tak beberapa lama, Gardner beralih ke disiplin balap motor di trek aspal.
Ia melakoni race internasional pertamanya pada akhir 2010. Dengan bantuan Honda Australia, Gardner tampil dalam event NSF100 Trophy Worldwide Mini Bike, di Spanyol. Gardner juga mengikuti road race di Philipp Island dan memenangi MRRDA Australian Nippers Championship.
Pada 2011, ia kembali terbang ke Spanyol untuk bersaing di Mediterranean Championship. Rider yang berulang tahun setiap 24 Februari itu menempati P2 klasemen akhir ajang balap pra-Moto3 tersebut.
Karena merasa Spanyol tempat yang cocok untuk mengembangkan kariernya, Gardner memilih menetap di negara yang telah banyak menghasilkan banyak pembalap juara dunia. Sejak itu, Negeri Matador telah menjadi rumah keduanya.
Setelah malang melintang di kejuaraan FIM CEV, Gardner berhasil menembus kejuaraan dunia pada 2014. Ia tampil tiga kali musim itu, sekali sebagai wildcard dan dua lainnya menjadi rider pengganti.
Remy Gardner baru mendapat kontrak penuh untuk tampil di Moto3 2015 dengan Tim CIP. Dalam musim debutnya itu, ia finis ke-30 dan mencetak enam poin. Tahun berikutnya sang rider naik ke Moto2 membela Tasca Racing sebelum hijrah ke Tech3 pada 2017. Selanjutnya adalah sejarah.
Menjelang debut di level utama, Gardner telah menjajal prototipe MotoGP milik Tech3 KTM, RC16, dalam tes akhir musim di Jerez Spanyol, pertengahan November lalu. Ia melibas lebih dari 100 lap.
Catatan waktu putarannya terbilang baik. Hari pertama, Gardner mencetak 1 menit 40,170 detik, terpaut 2,8 detik dari rider tercepat. Hari kedua angkanya meningkat menjadi 1 menit 38, 728 detik.
“Tentu saja kami sedikit lebih lambat di awal, memang begitulah semua rookie ketika berada di atas motor MotoGP (untuk pertama kali). Tetapi itu karena kami tidak tahu seperti apa kekuatannya, kontrolnya dan hal-hal lainnya,” ucap Gardner.
“Ini motor dengan mesin yang berbeda (dengan di Moto2). Namun secara umum tidak terlalu buruk. Saya merasa cukup nyaman, meski masih berhati-hati dan tidak terlalu agresif. Saya pikir motornya bekerja sesuai dengan harapan saya.”
Dalam beberapa hari, Remy Gardner akan melakukan perjalanan ke Sepang, Malaysia, untuk menjalani tes pramusim pertama MotoGP 2022. Ia punya kesempatan lebih banyak untuk adaptasi dengan motor.
“Saya berharap bisa menyesuaikan diri sedikit lagi. Pada akhirnya, tes adalah kesempatan melakukan lap sebanyak mungkin, karena itu sangat membantu dalam memahami motor,” katanya.
“Saya ingin dapat lebih beradaptasi dengan KTM dan mengerti sistem elektronik, lalu juga membangun hubungan baik dengan tim sehingga kami bisa saling memahami dengan lebih baik dan mempersiapkan diri untuk Grand Prix Qatar.”
Gardner adalah satu dari lima rookie yang siap meramaikan MotoGP 2022. Bersamanya akan hadir pula Fabio Di Giannantonio (Gresini Racing MotoGP), Marco Bezzecchi (Mooney VR46 Racing Team), Darryn Binder (WithU Yamaha RNF Racing MotoGP Team) dan Raul Fernandez (Tech3 KTM Factory Racing), yang kembali jadi rekan setimnya.