Match Commissioner Perempuan di Liga Jatim Masih Sering Diremehkan

Match Commissioner Perempuan di Liga Jatim Masih Sering Diremehkan

BabatPost.com-Bagi Diah Puspa Reti, Liga 3 zona Jawa Timur 2021 memberikan banyak pengalaman dan pelajaran sebagai seorang match commissioner (matchcomm).

Bekal penting untuk mengambil lisensi matchcomm tingkat nasional. Salah satu bekalnya tentu saja adalah sabar ketika diremehkan pemain, pelatih, hingga ofisial tim saat melakukan pengecekan sebelum pertandingan.

Read More

–Farid S. Maulana, Surabaya–

Catcalling hingga ucapan-ucapan menggoda kerap diterima Diah Puspa Reti tiap kali masuk ke ruang ganti pemain ketika melakukan pengecekan nomor punggung sepanjang babak penyisihan grup K Liga 3 zona Jawa Timur di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, November lalu.

Hal itu tidak terlepas dari statusnya sebagai salah seorang match commissioner perempuan di Liga 3 zona Jatim. Hal yang masih asing bagi sebagian besar football family di Jatim.

Diah menyadari keasingannya. Karena itu, dia tidak memedulikan hal tersebut. ’’Ya saya anggap biasa, namanya juga pria. Saya tetap melaksanakan tugas saja, melakukan pengecekan nomor punggung dengan benar,’’ ucapnya.

Tidak salah jika sepanjang babak penyisihan grup K Liga 3 zona Jatim hampir tidak ada masalah teknis terjadi di lapangan. Diah bekerja dengan sangat hati-hati. Bersungguh-sungguh sesuai law of the game dan regulasi yang berlaku. ’’Ya bersyukur, semua berjalan lancar,’’ lanjutnya.

Menariknya, jika ditelisik lebih jauh, basic Diah bukanlah dunia sepak bola. Dia hanya ’’tercebur’’ menjadi matchcomm. Semua itu berawal pada 2011 lalu. Saat itu, dia mengambil jurusan informatika dan harus magang sebagai salah satu syarat kelulusan. Perempuan asli Sidoarjo tersebut pun magang di SMPN 2 Jabon, Porong.

’’Di sekolah itu ada mantan wasit lisensi FIFA Pak Setiyono (Midi Nitrorejo). Beliau guru olahraga, saya magang jadi staf TU,’’ ungkapnya.

Saat itu, Setiyono menawarinya masuk Askab PSSI Sidoarjo yang ketika itu membutuhkan tenaga di bagian administrasi dan fotografer. ’’Setelah lulus, daripada nganggur, saya daftar dan diterima. Akhirnya jadi fotografer di lapangan, kalau di kantor jadi admin,’’ kenangnya.

Tiga tahun bekerja dengan dua posisi, Setiyono memberinya saran untuk ikut lisensi jadi pengawas pertandingan. Diah pun mengikuti saran tersebut.

’’Saya jadi asisten matchcomm untuk belajar. Pernah juga jadi asisten matchcomm ketika timnas melawan Syria dalam laga persahabatan di Gelora Delta, Sidoarjo,’’ terangnya.

Diah baru mendapat lisensi matchcomm tingkat Askab PSSI Sidoarjo pada 2017. Lantas, pada 2019 dia melanjutkan lisensi ke tingkat Asprov PSSI Jatim. ’’Liga 3 zona Jatim kemarin tugas pertama saya sebagai matchcomm tingkat Jatim,’’ paparnya.

Diah bersyukur bisa menjadi bagian penting dari Liga 3 zona Jatim. Dia mengaku banyak pelajaran dan pengalaman yang didapat. ’’Jadi bekal nanti ketika lisensi tingkat nasional. Ya saya ingin jadi matchcomm untuk Liga 1. Tapi, dijalanin saja yang ada saat ini,’’ bebernya.

Sebelum jadi matchcomm, Diah menyebut sepak bola tidak pernah ada dalam hidupnya. Tapi, setelah jadi matchcomm, dia mengaku tiada hari tanpa sepak bola. ’’Kalau tidak ada pertandingan, rasanya bingung,’’ jelasnya, lantas tertawa.

Saking cintanya terhadap profesi matchcomm, tiap ada pertandingan, Diah merasa seolah-olah jadi pengawas pertandingan. Tiap ada kejadian di lapangan, selalu dikomentarinya. ’’Jadi kebawa, ya sekalian belajar,’’ ungkapnya.

Related posts