Pertaruhan dengan manajernya di tim Aspar Mahindra Moto3, Gino Borsoi, menjadi sumber motivasi Francesco Bagnaia untuk promosi ke level premier. Ia berpeluang debut dengan Desmosedici GP jauh sebelum tes pramusim MotoGP 2019.
Keberuntungan menghampiri karena Pecco berhasil memenangi dua lomba Moto3 Belanda dan Moto3 Malaysia pada 2016.
Pada 15 November 2016, ia naik Desmosedici GP untuk pertama kali pada tes di Sirkuit Valencia tahun itu. Ia mencoba motor balap itu setelah Alvaro Bautista dan Karel Abraham, duo pabrikan Ducati pada 2017.
“Saya menang taruhan, jika saya menang dua balapan dengan Mahindra, mereka akan memberi saya kesempatan naik motor MotoGP. Mereka bilang ya!” ujarnya dilansir laman MotoGP.
Bagnaia mengungkapkan sensasi mengendarai Desmosedici GP dari sudut pandang seorang remaja 19 tahun yang sedang berjuang di Moto3.
Ketika itu, tangki motornya penuh sehingga dari jatah tiga lap, didikan Valentino Rossi tersebut malah menambah jadi sembilan lap. Instruksi kru Ducati diabaikan.
“Saya sangat, sangat takut,” katanya. “Mereka memberi sinyal untuk masuk pit setelah tiga lap dan saya malah terus berputar. Saya pikir kalau kehabisan bahan bakar, saya bisa melakukan itu satu lap lagi, tapi saya tak mau berhenti.
“Meskipun, saya juga ingat melakukannya setelah sembilan lap. Saat saya berhenti, saya merasa sangat sedih, otot sangat lelah.
“Gino mengatakan kepada saya, ‘Mari buat taruhan lain, Anda tidak akan tarik gas secara penuh pada lap pertama!’ Jadi untuk mengalahkannya, saya keluar dari pitlane dan langsung tancap gas.
“Saya ketakutan karena itu tidak hubungannya dengan Moto3. Sehari sebelumnya, saya naik Moto3 dan sungguh luar biasa bisa memancu kencang dan mengerem dengan motor MotoGP. Saat itu, motor terkencang yang pernah saya kendarai adalah R6 standar di Misano, hanya beberapa lap. Tapi kemudian, saya mencoba motor ini luar biasa.”
Uji coba sekilas tersebut membuatnya lebih mudah menguasai motor Moto2. Bagnaia membela Sky Racing Team VR46 selama 2017-2018 untuk level menengah.
“Itu membuat perpindahan ke Moto2 lebih mudah. Sebab, dua atau tiga hari kemudian, saya mengendarai Moto2 untuk pertama kali. Dalam beberapa lap awal, saya katakan kepada diri sendiri bahwa saya tidak akan sangat kencang!” ia mengungkapkan.
“Saya terpacu untuk sampai ke sana satu hari nanti, tapi itu sulit dibayangkan karena Anda harus ke Moto2 pertama-tama. Pengalaman pertama di Moto2 tidak mudah karena levelnya sangat tinggi.”
Pada musim perdananya, Bagnaia bertengger di peringkat kelima Moto2. Setelah itu, ia langsung merenggut gelar juara dunia 2018 lalu naik kelas ke MotoGP pada 2019 bersama Ducati.
“Mungkin musim itu memberi saya motivasi untuk sampai ke sini. Kemenangan pertama…Aspar adalah tim hebat,” ia menandaskan.