Main Malam, Pemain Baru Bisa Tidur Pukul 03.00

Main Malam, Pemain Baru Bisa Tidur Pukul 03.00

BabatPost.com – Dihelatnya seri keempat BRI Liga 1 di Bali yang berada di zona Waktu Indonesia Tengah (Wita) berimbas pada jam pertandingan. Karena Pulau Dewata berada di zona Wita, artinya, jika pertandingan digelar pukul 15.15 WIB, di Bali laga itu dimulai pukul 16.15 Wita. Dari perbedaan waktu tersebut, masalah muncul jika pertandingan dimainkan pukul 20.45 WIB.

Artinya, di Bali, pertandingan itu baru dimulai pukul 21.45 Wita. Arema FC menjadi salah satu tim yang sering bermain malam. Dokter tim Arema FC Nanang Tri Wahyudi menerangkan, waktu pertandingan yang dimulai pukul 21.45 Wita sangat tidak ideal bagi atlet.

Read More

Sebab, pertandingan baru selesai pukul 23.45 Wita. Itu pun pelatih dan perwakilan pemain masih harus mengikuti sesi konferensi pers pasca pertandingan.

Konferensi pers biasanya membutuhkan waktu 10–15 menit per sesi. Artinya, jika Singo Edan –julukan Arema FC– mendapat kesempatan pertama mengikuti sesi konferensi pers, kegiatan itu baru selesai pukul 00.00 Wita. Tapi, jika Arema FC mendapat giliran kedua konferensi pers, kegiatan baru selesai pukul 00.15 Wita.

Berita Terkait :  Shin Tae-yong Panggil 5 Pemain Persija, Terbanyak dari Tim Liga 1

”Sampai hotel, pemain baru bisa tidur sekitar jam 03.00 Wita,” ucap Nanang kepada Jawa Pos kemarin.

Mantan dokter tim nasional Indonesia itu menjelaskan, sehabis pertandingan, para pesepak bola tidak bisa langsung tidur. Sebab, hormon adrenalin masih tinggi. Perlu waktu 2–3 jam untuk membuat hormon itu kembali normal. Setelah normal, pemain baru bisa memejamkan mata.

”Kalau baru tidur jam 03.00 dini hari, pemain biasanya melewatkan sarapan. Kalau main jam 20.00, masih bisa tidur jam 00.00,” terang mantan dokter tim Persija Jakarta itu.

Nanang menerangkan, tidur terlalu malam sangat berbahaya bagi atlet. Seorang atlet butuh waktu 8–10 jam untuk istirahat. ”Sementara itu, siklus hormon terbaik untuk recovery adalah saat tidur malam,” jelas Nanang.

Untuk mengantisipasi jadwal pertandingan kurang ideal itu, tim pelatih dan dokter Arema FC membuat program ekstra untuk recovery pemain. H+1 pasca pertandingan, para pemain biasanya menjalani ice bath dan massage. ”Kami juga memberikan infus vitamin dan cairan kalau ada pemain yang ngedrop. Pemain juga harus menjaga pola tidur,” tegasnya.

Berita Terkait :  Lawan Arema FC, Pilihan Persela adalah Menang atau Makin Tenggelam

Persebaya juga jadi salah satu langganan main malam. Pada seri keempat kali ini, dari sembilan laga yang dilakoni, tujuh di antaranya digelar pukul 21.45 Wita.

Dokter tim Persebaya Pratama Wicaksana menyebut jadwal itu kurang ideal. Kenapa? ”Di dalam tubuh manusia, ada yang namanya circadian rhythm. Itu adalah ritme tubuh yang berjalan secara normal (fisiologis). Lalu, di atas jam 21.00 adalah jam di mana tubuh seharusnya mengakhiri aktivitas,” kata dokter yang akrab disapa Tommy itu kepada Jawa Pos.

Artinya, tubuh setidaknya sudah beristirahat pada pukul 21.00. Tapi, faktanya tidak demikian. Pemain harus mematuhi jadwal yang dibuat. Mereka harus bertanding di atas pukul 21.00 yang merupakan batas aktivitas normal. Karena itu, ada dampak negatif yang harus dirasakan para pemain.

”Dibayangkan saja. Ketika seharusnya tubuh mengakhiri aktivitas, tapi dipaksa bermain sepak bola dengan intensitas tinggi, ya tentunya akan banyak dampak dari sistem terganggu. Baik itu di sistem otot maupun sistem lain,” ungkap Tommy.

Dia menjelaskan, ada dua hal yang paling terdampak akibat sering main malam. Yakni, kondisi fisik dan performa pemain. ”Fisik jelas (terpengaruh) karena pola makan dan istirahat jadi berubah-ubah. Dan, performa terpengaruh karena tubuh tidak berada pada jam ideal untuk olahraga intensitas tinggi,” beber Tommy.

Berita Terkait :  Babak 16 Besar Liga 3 Jeda Panjang, Dimanfaatkan untuk Recovery

Lalu, bagaimana solusinya? ”Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk ini, Mas. Atur jam makan saja, kalau untuk istirahat tidak bisa ditukar,” tegasnya.

PSIS Semarang juga menjadi tim yang sering bermain pukul 21.45 Wita. Meski waktunya kemalaman, mau tidak mau harus diikuti. Dokter tim PSIS Alfan Nur Asyhar mengungkapkan, sebenarnya sudah ada warning dari berbagai kalangan terkait jam malam yang tidak baik bagi pesepak bola. ”Tapi, ya mau bagaimana lagi. Pola seperti itu jadinya turun. Mungkin ini juga karena lapangan di Bali tidak banyak,” terang Alfan.

Dia mencontohkan ketika Liga 1 sebelumnya yang berlangsung di Jawa Tengah-Jogjakarta. Saat itu, terdapat empat stadion yang digunakan. Sedangkan di Bali hanya ada tiga stadion yang siap dan lokasi dari venue ke venue lain jauh. ’’Membaginya agak kerepotan. Kalau padat sekali (jadwal pertandingan) kan susah. Rumputnya kasihan,’’ ucapnya.

Related posts