“Secara fisik, Pelda Anumerta Rama Wahyudi memang sudah tidak ada lagi, namun nama dan baktinya dalam menjaga perdamaian dunia dalam misi pemeliharaan perdamaian yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco, abadi dan terus hidup,” kata Ismed, dalam keterangannya di Pekanbaru, Riau, Kamis.
Penghargaan tertinggi dari PBB kepada personel Pasukan Perdamaian PBB yang gugur di medan tugas itu diserahkan kepada ahli waris yang adalah istri Wahyudi.
Medali Hammarsköld ini mengambil nama mantan Sekretaris Jenderal PBB dari Swedia, Dag Hammarskjöld, yang gugur dalam misinya menegakkan gencatan senjata di Rhodesia, Afrika, pada 18 September 1961.
Pemberian penghargaan Medali Hammarsköld ini, kata Ismed, merupakan penghormatan tertinggi sekaligus sebagai bentuk mengenang jasa almarhum yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa serta negara Indonesia.
“Atas nama PBB, negara dan TNI, kami bangga dan terima kasih kepada almarhum yang sebelumnya telah berperan menjaga perdamaian dunia,” katanya.
“Semoga dharma bhaktinya diterima dan mendapat balasan lebih baik dari Allah SWT. Serta menjadi suri tauladan bagi segenap pengurus bangsa serta para generasi penerus, khusunya di lingkungan TNI untuk terus menjadi yang terbaik dalam menjaga NKRI,” ujar dia.
Jenderal bintang satu ini juga menyampaikan kepada para keluarga yang ditinggalkan, selalu diberikan kesabaran dan tetap semangat melanjutkan perjuangan dan cita-cita mulia yang sudah dipersembahkan almarhum.
“Almarhum merupakan sosok terbaik, membaggakan negara, kita harap keluarga selalu tabah dan terus melanjutkan perjuangan dan cita-cita mulia yang sudah dilakukan oleh almarhum,” katanya.