Valentino Rossi Soroti Problem Menahun pada Elektronik Yamaha

Problem Electronic Control Unit (ECU) yang menghantui Yamaha selama tiga tahun terakhir tak kunjung terselesaikan. Eks rider MotoGP, Valentino Rossi, kembali menyoroti hal itu.

Perangkat tersebut sangat krusial karena mengatur reaksi motor MotoGP terhadap beragam kondisi. Sasis, traksi dan wheelie juga perlu dikontrol.

Pada 2016, MotoGP memperkenalkan ECU buatan Magneti Marelli yang harus dipakai oleh seluruh tim. Mereka kebingungan menyetel ‘otak’ motor sehingga timbul banyak masalah.

Honda memprotes keputusan Dorna karena kualitas elektronik rancangan sendiri jauh lebih baik daripada produksi Magneti Marelli. Pengembangan motor dirasa sangat terbatas dengan ECU itu.

Yamaha diprediksi mendapat manfaat besar dari ECU standar itu dibanding lawan-lawannya. Pasalnya, pabrikan berlogo garpu tala itu sudah terbiasa menggunakan elektronik bikinan Magneti Marelli.

Tapi ternyata, kondisi berbalik 180 derajat. Para insinyur Yamaha kewalahan dan harus memutar otak untuk mencari solusi agar motor bisa seimbang.

Pembalap mengeluh tak serta-merta kencang ketika start saat memakai ECU tersebut. Kendala ini pasti menyulitkan dalam menetapkan patokan waktu sejak awal.

Rossi, yang memutuskan pensiun dari MotoGP, akhirnya angkat bicara seputar problem menahun mantan timnya. Sama seperti Honda, Yamaha justru gemilang dengan ECU bikinan sendiri.

“Dari 2015 ke 2016, ada perubahan besar. Saat itu, uni ECU dipasok Magneti Marelli. Tujuannya mencapai keseimbangan lebih baik dari sisi performa antara motor pabrikan dan seluruh penghuni grid. Pabrikan seharusnya didekatkan bersama-sama,” tuturnya.

“Saya ingat itu adalah masalah besar bagi Yamaha. Saya kira Yamaha yang paling terpukul. Ketika Yamaha punya elektronik sendiri, motor malah punya keseimbangan bagus.

“Motor bekerja dengan baik. Insinyur Jepang sangat bagus mengatasi elektronik ini. Mereka sangat andal mengatasi masalah.”

The Doctor memandang performa motor malah mengalami kemunduran ketika ECU Magneti Marelli dipasang.

“Ketika kami ganti ke produk Magneti Marelli, kami mengambil langkah mundur. Motor tak lagi mudah dikendarai. Kontrol traksi, tapi lebih dari itu manajemen mesin, di mana motor tak lagi seimbang,” ujarnya.

“Sebelumnya, semua serasi. Kami kesulitan dengan elektronik Magneti Marelli. Pada tahun-tahun berikutnya, para insinyur Jepang menghadapi masalah besar menangani elektronik itu secara tepat. Saya kira itu masih jadi masalah hingga sekarang.”

Related posts