Legenda MotoGP, Valentino Rossi, membeberkan alasan mengapa dirinya tak ingin memperkuat timnya sendiri, VR46 Racing, yang menggunakan motor Ducati.
Rossi memilih untuk pensiun ketimbang melanjutkan kariernya bersama VR46 Racing Team yang akan debut pada MotoGP 2022.
Pria 42 tahun itu memercayakan kursi itu kepada adiknya, Luca Marini dan anak didiknya, Marco Bezzecchi, untuk menggeber Desmosedici GP.
Namun, The Doctor memiliki alasan sendiri mengapa dirinya tak ingin memperkuat timnya sendiri di MotoGP. Menurutnya, ada risiko besar jika melanjutkan kariernya, meski ada sederet sponsor besar yang menanti.
“Itu akan menjadi ide yang menarik untuk membalap bersama tim MotoGP saya sendiri. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk tidak melakukannya, karena alasan tersendiri,” kata Rossi seperti dilansir Motosan.
“Ini akan menjadi proyek yang masuk akal jika Anda bisa memperkuat tim selama dua tahun atau lebih.
“Tetapi, ketika datang ke hanya satu musim, ada risiko yang sangat besar dibandingkan potensi yang bermanfaat untuk tim. Jadi, saya memutuskan untuk tidak melakukannya.”
Melihat Ducati yang menunjukkan peningkatan besar sepanjang tahun lalu, Valentino Rossi tampaknya memiliki peluang untuk merebut gelar ke-10, atau setidaknya mendapatkan podium ke-200.
Terlebih, VR46 Racing Team mendapatkan satu jatah motor tim pabrikan dari Ducati, yang diyakini akan jadi motor terkuat di trek.
“Ada tiga titel yang ingin saya soroti. Saya rasa pertama pada musim 2001 ketika saya memenangi gelar pada era terakhir 500cc bermesin dua tak.
“Kemudian, saya harus menyebutkan musim 2004 ketika menjadi juara dunia MotoGP empat tak di tahun pertama saya bersama Yamaha. Setelah itu, 2008 masih yang paling diingat, Karena saya lebih tua pada waktu itu dan orang-orang mengatakan waktu saya sudah habis.”
Gelar yang didapatkan Valentino Rossi pada 2008 memberikan kesan tersendiri bagi The Doctor karena mengalahkan para pembalap muda dan bangkit dari kekalahan dalam dua tahun sebelumnya.
“Saya telah kehilangan titel pada 2006 dan 2007, dua kali berturut-turut, dari Nicky Hayden dan Casey Stoner,” ucapnya.
“Biasanya, karir Anda akan berakhir ketika sudah berusia tiga puluh. Tapi saya mengganti merek ban saya pada 2008, dari Michelin ke Bridgestone, dan begitulah cara saya kembali ke puncak. Saya mengalahkan Jorge Lorenzo, Stoner dan Dani Pedrosa pada musim 2008.”