Pada MotoGP 2021, hanya satu dari empat rider Yamaha yang sukses, yakni Fabio Quartararo. Lalu apa masalah Valentino Rossi, Franco Morbidelli dan Maverick Vinales? Lin Jarvis memberi penjelasannya.
Kesuksesan meraih gelar juara dunia MotoGP musim lalu akhirnya memutus kemarau panjang Yamaha. Sejak Jorge Lorenzo menjadi kampiun pada 2015, mereka kesulitan bersaing di kelas premier.
Fabio Quartararo muncul sebagai pahlawan baru Yamaha. Rider Prancis tampil meyakinkan pada musim perdana di tim utama dengan menjadi juara dunia. Namun tiga koleganya gagal memenuhi ekspektasi.
“Kami memiliki harapan yang lebih besar untuk para pembalap secara keseluruhan,” tutur Race Director Yamaha Lin Jarvis.
Dengan line-up berisi Maverick Vinales – sebagai rekan Quartararo di tim pabrikan –, Franco Morbidelli dan Valentino Rossi di skuad satelit, Yamaha memiliki tiga pembalap pemenang, komposisi yang solid.
Wajar bila pabrikan Iwata, Jepang, tersebut memiliki ekspektasi tinggi. Tetapi kinerja Vinales, Morbidelli serta Rossi jelas berada di bawah bayangan Quartararo, yang tampil sangat konsisten sepanjang musim.
“Kami punya barisan rider yang kuat. Awal musim kami meyakinkan, dengan tim pabrikan menguasai tiga race pertama,” kata Jarvis.
“Maverick (Vinales) memenangkan balapan pembuka, Fabio (Quartararo) merebut kemenangan di race kedua dan ketiga. Kami telah memperbaiki masalah kami dari tahun sebelumnya dan punya misi jelas.
“Kami menyadari itu bisa menjadi musim yang bagus. Musim Fabio berkembang sangat baik. Bahkan di balapan sulit, dia meraih poin.”
Tentu Yamaha lebih dari puas dengan performa El Diablo. “Sebagai seorang juara, Anda harus mampu fokus penuh pada pekerjaan Anda. Dia (Quartararo) telah melakukannya dengan hebat,” puji Jarvis.
Inkonsistensi Vinales dan Akhir yang Prematur
Jika Fabio Quartararo terus bersinar, hal sebaliknya terjadi di sisi lain garasi tim pabrikan Yamaha. Dan, Lin Jarvis pun mengakui bahwa situasi kubu Maverick Vinales menimbulkan kekhawatiran.
“Di pihak Maverick, ada masalah. Dia tidak konsisten sepanjang tahun. Kami mencapai titik terendah di Assen, ketika dia menyatakan keinginan untuk meninggalkan tim,” ungkap Jarvis.
“Dia ingin mengubah orientasinya. Masalah ini sudah cukup didiskusikan. Apa yang terjadi setelah libur musim panas mengejuatkan kami.”
Yang dimaksud sang Race Director adalah kontroversi dalam Grand Prix (GP) Styria yang mengakibatkan Top Gun – julukan Vinales – disuspensi. Tak lama berselang, kontrak rider Spanyol itu diputus Yamaha.
Morbidelli Belum Bisa Maksimal di Tim Pabrikan
Dengan kepergian mendadak Maverick Vinales, tidak ada opsi selain mempromosikan Franco Morbidelli lebih cepat ke skuad utama dari tim satelit, Petronas Yamaha SRT. Dan ketika itu kondisinya tak ideal.
“Maverick akhirnya harus keluar dari tim. Itu membuat kami kesulitan dalam klasemen tim, sebab butuh dua pembalap untuk membentuk tim dan mencetak poin. Itu jadi masalah,” ucap Lin Jarvis.
“Di saat yang sama, kondisi ini membuka peluang karena kami bisa membawa Franco (Morbidelli) ke tim pabrikan begitu dia pulih dari cedera.”
Namun Morbidelli pun tidak mampu mencapai targetnya. “Musim Franco tidak sebaik yang kami dan dia harapkan. Tahun sebelumnya dia runner-up, memenangi tiga balapan,” Jarvis menambahkan.
Itu bisa dipahami karena pembalap Italia tersebut memulai MotoGP 2021 dengan M1 spek 2019. Ini jelas membuatnya kesulitan untuk bersaing dengan para rival yang telah mengendarai prototipe anyar.
“Akibat corona, dia memulai dengan (M1) versi 2019. Keputusan itu sudah dibuat pada pertengahan 2020. Jadi ya, dia dirugikan karena motor 2019 tidak dikembangkan lebih lanjut,” kata Jarvis.
“Ini membuat Franco dalam masalah. Lalu datang cedera. Dia memutuskan untuk menjalani operasi, yang merupakan langkah cerdas.
“Kemudian kami membawa Franco ke tim pabrikan dan berharap bisa bertarung untuk gelar konstruktor namun situasi tidak mudah baginya karena dia kembali cukup awal setelah operasi lutut.
“Penampilannya dengan tim pabrikan vital untuk 2022. Memang belum signifikan dalam hal raihan poin. Tetapi kami yakin itu (mempromosikannya) adalah keputusan tepat.”
Rossi Mengecewakan dari Sudut Pandang Olahraga
MotoGP 2021 adalah tahun perpisahan bagi Valentino Rossi, yang mengalami periode mengecewakan dari sudut pandang olahraga. The Doctor gagal mencetak podium dan kesulitan untuk finis 10 besar.
“Valentino ingin memulai musim dengan positif dan berniat untuk memberikan yang terbaik. Gara-gara corona, musim 2020 menjadi sangat aneh,” ujar Jarvis.
“Kami tidak memulai kejuaraan sampai bulan Juli dan tidak ada penggemar (di sirkuit). Valentino ingin mengikuti satu musim penuh dan melihat apakah dia masih kompetitif.
“Dia merasa di awal musim levelnya naik lagi. Namun pembalap muda sekarang makin cepat. Jadi, itu sama sekali tak mudah bagi Valentino,” ia menambahkan.
Lantas, apakah Yamaha salah telah memasukkan Rossi dalam line-up Petronas SRT dengan mesin yang sama seperti dikendarai oleh para pembalap tim pabrikan?
“Kami akan membuat keputusan yang sama lagi sebab dia pantas mendapat musim perpisahan terbaik,” Jarvis menegaskan bahwa Yamaha sama sekali tak menyesali langkahnya untuk sang legenda MotoGP.