“Rencana kerja sama ‘sister city’ (kota kembar) antara Medan dengan Mersin ini harus dikaji lebih dalam agar memberikan manfaat bagi kedua kota,” kata dia di Medan, Kamis (30/12).
Perlunya dilakukan pengkajian mendalam, kata dia, tentang kolaborasi bidang apa saja yang bisa dikembangkan sehingga menguntungkan bagi kedua kota yang berbeda negara.
Bobby menyebut bahwa mungkin terdapat beberapa wilayah di Kota Medan, terutama di kawasan Belawan, yang lebih mirip dengan keberadaan di wilayah Kota Mersin.
“Namun kondisinya berbeda, wilayah kita (Belawan, red.) merupakan kawasan industri. Bahkan kita punya pelabuhan di sana dengan aktivitas yang padat,” kata dia.
Pemkot Medan telah menjalin kerja sama kota kembar dengan sejumlah kota di beberapa negara, di antaranya Gwang ju di Korea, Ichikawa di Jepang, Chendu di China, Geoege Town (Pulau Penang), dan Ipoh di Malaysia.
“Jika kita ingin mengadaptasi kondisi Mersin ke Belawan, tentu kita harus mengubah lagi desain Kota Medan. Hal seperti ini harus diperhatikan dengan benar, sehingga tidak salah kaprah,” kata dia.
Ia juga memandang di bidang pendidikan bisa dikerjasamakan, tetapi harus didukung ekosistem yang ada.
Pihaknya optimistis jika kerja sama pendidikan berjalan maka berdampak bagi sektor lainnya.
“Sektor perdagangan juga dapat dikerjasamakan, apalagi kita punya Pelabuhan Belawan. Yang harus disampaikan bahwa pelabuhan itu merupakan area ekspor dan impor, sedangkan produknya sebagian besar bukan dari Kota Medan,” katanya.
Tim Ahli Universitas Sumatera Utara (USU) dipimpin Rektor Muryanto Amin menyampaikan hasil kajian atas rencana kerja sama antara Medan dan Mersin. Kerja sama pariwisata dan budaya oleh Dr Ahmad Delianur Nasution, ST, MT, dan ekonomi Dr Wahyu Aryo Pratomo, SE, MEc.
Ambassador of The Republic of Turkey, HE Dr MK Sander Gurbuz pada 2018 telah menawarkan kerja sama kota kembar kepada Pemkot Medan. Turki juga menawarkan pembangunan infrastruktur, di antaranya jalan tol, bandara, dan pelabuhan.