Peraih gelar MotoGP 2007 dan 2011 Casey Stoner berkesempatan menggeber sejumlah motor sepanjang kariernya. Baru-baru ini ia mengungkap mesin favorit yang pernah dikendarainya di kejuaraan dunia.
Casey Stoner membalap untuk empat pabrikan selama rentang 12 tahun kariernya di kejuaraan dunia balap motor. Namun di kelas MotoGP, hanya dua merek yang pernah dijajalnya, Ducati (2007-2010) dan Honda (2006, 2011-2012).
Jadi tidak terlalu sulit bagi Stoner untuk menentukan motor mana yang paling disukai dan dinikmatinya, terutama mengingat periodenya berpartisipasi di kelas premier terbilang sangat singkat (tujuh musim).
Seperti diketahui, karena isu kesehatan dan motivasi, pembalap asal Australia tersebut memilih untuk pensiun dini pada usia 27 tahun, ketika Stoner tengah berada dalam masa kejayaannya di MotoGP.
Keputusan mundur Stoner tersebut mengejutkan dan disayangkan banyak pihak, karena ketika itu, ia adalah salah satu daya tarik utama MotoGP bersama Valentino Rossi, Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa.
“Motor favorit saya adalah Honda (RC213V) 2012, namun dengan ban dari musim 2011. Ketika mereka mengeluarkan ban anyar untuk musim baru, itu tidak bekerja baik dengan motor. Kami memiliki jumlah getaran luar biasa,” kata Stoner dilansir Pitwalkers.com.
“Kami memiliki rekaman slow motion dari ban belakang yang memantul 3/4 inci dari aspal setiap saat. Setiap masuk tikungan kanan seperti di bawah akselerasi dan sebagian besar sirkuit di kejuaraan dunia berbelok ke kanan, jadi sangat sulit,” ia menambahkan.
Meski tak memiliki feeling terbaik dengan motornya, Stoner tetap mampu tampil cepat. Apalagi setelah dirinya berhasil menemukan solusi untuk masalah yang ditimbulkan oleh kompon ban yang berbeda.
“Itu semua ada hubungannya dengan kompon ban serta frekuensi yang ditimbulkan olehnya. Kompon dan konstruksinya berlawanan dengan karet di dalam daya dorong roda. Sayangnya, itu tidak bekerja dengan baik, terutama di sudut kanan,” ujar Stoner.
“Di sebelah kiri ban baik-baik saja, karena kami memiliki kekuatan rantai di satu sisi, tetapi di sisi lainnya, kekuatannya datang dari arah yang berbeda, torsi yang berbeda dan semuanya melalui lengan ayun, menghasilkan getaran yang luar biasa,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Stoner mengakui motor terbaiknya adalah di musim 2011 karena ban bisa dipadankan secara optimal sejak awal. Sehingga sang pembalap bisa menikmati menggebernya hingga garis finis dan menjadi juara dunia untuk kali kedua.
“Motor dengan ban 2011, ketika kami mulai mengujinya, tidak diragukan lagi merupakan motor terbaik yang pernah saya kendarai. Sangat bagus dalam pengereman, manuver dan akselerasi,” ucap Stoner.
“Tetapi ya, ketika kami tiba pada 2012 dan mereka mengubah kompon dan konstruksi ban, itu benar-benar merusak musim kami,” lanjut pembalap yang mengakhiri MotoGP musim tersebut di posisi ketiga.