Pembalap anyar World Superbike (WSBK), Philipp Oettl, berusaha sendiri untuk bangkit usai melewati musim mengecewakan di World Supersport (WSSP) 2021.
Rider, yang berkecimpung di Moto3 selama 2012-2018, tersebut mengingat lagi momen buruk musim 2021. Kawasaki Pucetti Racing yang seharusnya mendukung penuh, malah meniadakan tes dan kurang memberikan suntikan mental.
Beberapa balapan sebelum seri penutup WSSP Indonesia, rider Jerman tersebut masih bisa berharap finis tiga besar. Namun sejak lomba di Portugal, performa pembalap 25 tahun mengalami penurunan.
Tiga putaran terakhir, Oettl kerap finis di luar 10 besar. Alhasil, ia mendarat pada peringkat kelima dalam klasemen WSSP. Turun dua tingkat dari sebelumnya.
Selama memperkuat Kawasaki, Oettl membukukan 11 podium saja dan sekali pole position di Jerez.
“Beberapa balapan terakhir pada 2021 sangat sulit bagi saya karena selama 1,5 tahun sebelumnya, saya bekerja dengan level bagus,” ujarnya kepada Speedweek.com.
“Kemudian, mengemuka beberapa masalah yang saya alami sebelumnya. Saya pikir sudah selesai.”
Meski rapornya negatif, penilaian Ducati dan Go Eleven tak berubah. Tim WSBK tersebut tetap memberi kontrak dua tahun untuk Oettl, mulai berlaku musim 2022.
Sebagai pengganti Scott Redding, Oettl memiliki beban berat. Pasalnya, pembalap Inggris tersebut mampu menantang dalam perebutan gelar juara dengan Jonathan Rea dan Toprak Razgatlioglu.
Redding harus puas mempersembahkan peringkat ketiga. Ini kado perpisahan sebelum dia pindah ke BMW.
Sebagai debutan, Oettl tentu tidak bisa dituntut menyamai prestasi Redding sebab biasanya tahun pertama merupakan masa adaptasi.
Meski begitu, pemilik nomor 65 tersebut mencoba curi start. Ia meminjam motor latihan milik Redding dari Ducati di Bologna.
Oettl ingin membiasakan diri dan mengenal setelan dasar motor sebelum melangkah ke tes pertama bersama Go Eleven di Spanyol, Januari mendatang.
“Dengan cara ini, saya bisa membiasakan diri dengan motor selama beberapa hari,” tuturnya.
“Saya harus bangkit lagi, saya juga harus naik motor sendiri. Tentu saja, lingkungan bisa membantu, tapu belakangan ini, saya harus melakukan pekerjaan itu sendiri.”