BabatPost.com-Persaingan perebutan tiket ke babak semifinal dari grup Y Liga 2 2021-2022 akan berjalan ketat hingga pertandingan terakhir. Itu setelah di laga kedua tadi malam PSMS Medan hanya bisa bermain seri tanpa gol melawan PSIM Jogjakarta di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Pelatih PSMS Ansyari Lubis menilai barisan depan timnya kurang tenang dalam melakukan finishing. Hal itu akan menjadi evaluasi serius.
’’Pada babak pertama, kami sedikit kesulitan. PSIM memiliki organisasi pertahanan yang baik. Namun, di babak kedua, kami punya banyak kesempatan. Sayang, peluang yang diharapkan bisa menjadi gol tidak terjadi,’’ ucapnya.
Pelatih PSIM Seta Nurdiyantara mengungkapkan, hasil imbang itu di luar dugaan. Menurut dia, performa pemainnya menurun.
’’Kondisi fisik para pemain menurun. Ada beberapa pemain yang tidak fit. Hampir semua pemain tidak berada pada peak-nya. Kami akan perbaiki itu dalam sesi latihan,’’ ucap mantan pelatih PSS Sleman itu.
Di laga sebelumnya, Martapura Dewa United yang di pertandingan pertama bermain seri 2-2 melawan PSIM Jogjakarta berhasil menang 2-0 atas Sulut United. Namun, lagi-lagi, tim yang kalah merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit.
Setelah pelatih Sriwijaya FC Palembang Nil Maizar mengkritik keras kinerja wasit Juhandri Setiana dalam pertandingan melawan Persis Solo (19/12), semalam (20/12) giliran pelatih Sulut United Ricky Nelson menyatakan wasit Marjukih yang memimpin pertandingan Sulut United kontra Martapura Dewa United di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berat sebelah.
Salah satu keputusan wasit Marjukih yang merugikan Sulut United, menurut Ricky, terjadi pada menit ke-54. Timnya dihukum penalti setelah Yudi Khoerudin dianggap mendorong Rangga Muslim di kotak terlarang.
’’Dalam tayangan ulang, duel Yudi dengan Rangga sangat minim. Rangga pun terjatuh di luar kotak,’’ ucap Ricky kepada Jawa Pos setelah pertandingan.
Sulut United sempat memprotes hukuman itu. Namun, wasit Marjukih tetap pada pendiriannya. Martapura Dewa United akhirnya unggul 1-0 setelah eksekusi penalti yang dilepaskan Herman Dzumafo Epandi tidak mampu dihalau Fery Bagus Kurniawan. ’’Gol penalti itu mengganggu konsentrasi kami,’’ terang mantan pelatih Villa 2000 itu.
Setelah tertinggal satu gol, Sulut United mencoba bangkit untuk menyamakan kedudukan. Namun, Ricky masih menilai wasit tidak fair dalam bertugas.
’’Ketika kami dilanggar, wasit tidak meniup peluit. Sebaliknya, kalau kami membuat pelanggaran, wasit langsung meniup peluit. Saya bingung. Mau dibawa ke mana sepak bola kita?’’ ucap mantan pelatih Borneo FC tersebut.
Menurut Ricky, buruknya kepemimpinan wasit membuat mental Patrich Wanggai terpukul. Terlebih, Ricky harus diusir wasit pada menit ke-71 setelah terlibat friksi dengan pemain tim lawan. Situasi itu membuat Sulut United semakin tertekan.
Akhirnya, pada menit ke-82, striker Martapura Dewa United Rishadi Fauzi menggandakan kedudukan. Skor 2-0 bertahan sampai pertandingan selesai.
’’Saya mengakui, gol kedua tim lawan bagus. Gol itu tercipta dalam situasi normal. Namun, saat gol itu terjadi, mental kami sudah terpukul,’’ tegas pendiri klub Liga 3 Serpong City tersebut.
Terkait kepemimpinan wasit yang kurang fair dalam dua pertandingan babak delapan besar Liga 2, Dirut PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengungkapkan, pihaknya hanya bertugas melaporkan jalannya pertandingan secara keseluruhan. Hasil pertandingan kemudian dilaporkan ke PSSI.
’’Nanti PSSI yang menilai wasit. Apalagi, pertandingannya live. Evaluasinya seperti apa, itu wewenang PSSI,’’ ucap Lukita kepada Jawa Pos.
Sementara itu, pelatih Martapura Dewa United Kas Hartadi memuji semangat juang para pemainnya. Menurut Kas, para pemain berjuang dengan spirit tinggi sehingga bisa mendominasi permainan.
’’Persaingan di grup Y luar biasa. Saya katakan ke para pemain untuk berjuang memenangi pertandingan,’’ ungkap mantan pelatih Kalteng Putra tersebut. Di laga penentuan lusa (23/12), PSIM akan menghadapi Sulut United dan PSMS Medan melawan Martapura Dewa United.