“Alasan mencalonkan sebagai ketua umum PBNU merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali Gus Dur,” kata Gus Yahya usai bedah buku Menghidupan Gus Dur (Catatan Kenangan KH Yayha Cholil Staquf) di Jakarta, Minggu.
Kata Gus Yahya, idealisme, visi dan cita-cita dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masih relevan sampai sekarang. Secara sosiologis, ia melihat hal itu masih akan relevan hingga puluhan tahun akan datang.
“Persoalannya, Gus Dur telah tiada, tetapi kita masih butuh kegusduran,” ujarnya.
Gus Yahya menjelaskan yang dibutuhkan adalah membangun sesuatu, yang bisa menjadi subsitusi kehadiran Gus Dur tersebut. Hal itu bisa dilakukan dengan konstruksi berdasarkan organisatoris.
“NU menjadi media yang paling tepat untuk membangun kembali,” kata Gus Yahya menegaskan.
Gus Yahya menyatakan melihat dinamika baik domestik maupun internasional, apa yang dahulu digagas dan diperjuangkan oleh Gus Dur itu ternyata relevan sekali dengan momentum saat ini.
“Kita lihat, banyak masyarakat yang mengekspresikan rasa rindu dengan Gus Dur,” ujarnya.
Secara konstruksi organisasi, Gus Yahya menilai belum ada upaya yang nyata dalam menghidupkan kembali Gus Dur
Ketika dipercayakan sebagai ketua PBNU, Gus Yahya mengatakan banyak cara untuk mengidupkan kembali Gus Dur, misalnya membangun agenda nasional dijababarkan dalam program-program yang harus dilaksanakan oleh instrumen NU hingga ke tingkatan ranting
“Ini merupakan gagasan Gus Dur, tetapi belum pernah dibangun melalui satu strategi yang tepat,” katanya.
Menurut Gus Yahya, Gus Dur pernah mempunyai ide untuk membangun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai ke tingkat kecamatan dengan memanfaatkan jaringan instrumen NU.
Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 dijadwalkan pada 22-23 Desember 2021 di Lampung. Dua kandidat yang diperkirakan berkompetisi yakni Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan ketua umum PBNU saat ini KH Said Aqil Siroj.
Muktamar NU diperkiran diikuti sebanyak 2.295 peserta berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), serta 14 badan otonom (42 orang) dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat. Selain itu, ditambah pula utusan PBNU dari unsur syuriyah (32 orang), mustasyar (15 orang), a’wan (20 orang), dan tanfidziyah (38 orang) ditambah jumlah panitia sebanyak 336 orang.