Prinsipal Yamaha, Lin Jarvis, mengungkapkan awal mula Maverick Vinales membuat tim geram dan akhirnya memutuskan untuk mendepaknya di pertengahan musim.
Vinales memiliki momen yang sulit sepanjang tahun ini, dengan performa yang tak kunjung membaik bersama Yamaha sejak awal musim, hingga harus menerima skorsing.
Jarvis menegaskan Yamaha selalu memberi dukungan kepada Vinales untuk melewati masa-masa sulitnya, dan berusaha membawanya ke bentuk terbaiknya.
Tapi, Jarvis menyayangkan sikap Vinales yang tak bisa menahan emosinya sehingga membuat Yamaha hilang kesabaran dalam menghadapinya.
“Saya hanya bisa mengatakan, dan orang-orang juga bisa melihatnya, Maverick tidak konsisten dalam hal hasil akhir,” kata Jarvis seperti dilansir Motosan.
“Ketika kami tiba di Qatar untuk balapan pertama, kami merasa, ‘Wow, kami menemukan kembali Maverick yang sesungguhnya! Itu benar-benar menyenangkan.
“Pada 2020, dia memiliki masalah. Saya pikir itu karena Franky (Franco Morbidelli) memenangi tiga balapan dengan motor tua. Fabio (Quartararo) juga meraih tiga kemenangan dengan motor yang sama dengan tim satelit.
“Kami merekrut rekan setim baru untuknya pada 2021, Valentino (Rossi) tak lagi di sisinya, dia seperti selembar kertas kosong.
“Ketika dia memenangi balapan pertama, Anda merasa mesin bekerja dengan baik. Namun, Fabio memenangi balapan kedua, dan kemudian keraguan mulai muncul kembali.”
Maverick Vinales sangat tidak konsisten setelah mendapatkan kemenangan di balapan pertama, hingga akhirnya meraih podium kedua di Assen yang merupakan seri kesembilan MotoGP 2021.
Lin Jarvis menegaskan Yamaha berusaha keras untuk mewujudkan semua yang diminta oleh Vinales agar dapat mengembalikan kembali performa terbaiknya.
“Kami merekrutnya dari Suzuki lima tahun yang lalu karena kami merasa dia bisa memenangi gelar bersama Yamaha,” ujar Jarvis.
“Apakah dia memiliki talenta untuk menjadi juara dunia? Ya. Apakah dia memiliki mental seorang juara dunia? Saya kurang yakin dengan itu. Tapi, ini sesuatu yang bisa Anda perbaiki.
“Ketika dia memberi tahu kami di Assen bahwa dia tidak ingin mencapai akhir kontraknya, kami semua terkejut. Tapi, saya menerima keputusan mereka karena saya tidak memaksa orang untuk tinggal ketika mereka ingin pergi.
“Jika seseorang tidak bahagia, mereka harus melakukan sesuatu yang lain. Hidup ini singkat. Saya pikir itu tidak ada gunanya jika mereka memaksa Anda untuk tetap berada dalam situasi di mana Anda tidak ingin.
“Jadi saya punya dua pilihan. Pertama adalah segera memutuskan kontrak kami. Itu adalah pilihan dan kami memikirkannya karena ini adalah balapan pertama sebelum liburan musim panas. Kami tidak memiliki ide yang jelas saat itu.”
Yamaha memutuskan untuk tetap mempertahankan Maverick Vinales hingga akhir musim 2021. Pasalnya, saat itu mereka juga sedang bertarung dengan Ducati untuk memperebutkan gelar konstruktor.
Sayang, Vinales melakukan kesalahan yang membuat para petinggi Yamaha geram dan mengubah pikiran mereka.
“Pada prinsipnya, Maverick dan manajemennya berkomitmen untuk melakukan hal-hal dengan baik dan menyelesaikan kejuaraan. Kami sendiri, meyakinkan dia bahwa kami akan terus mendukungnya sampai akhir musim,” ucap Jarvis.
“Empat minggu kemudian, setelah liburan musim panas, sesuatu yang besar terjadi di Grand Prix Styria. Kejadian ini menjadi awal keretakan hubungan kedua pihak.
“Sebuah insiden memaksanya untuk start dari pit lane. Jelas, itu sebuah petaka di MotoGP. Tapi, ini adalah balapan, dan seorang pembalap harus menghadapi masa-masa sulit.
“Frustrasi dan kemarahan membuatnya berperilaku dengan cara yang tidak dapat diterima oleh tim profesional.
“Dari sana, mengingat data dan bukti yang kami miliki, kami tidak punya pilihan selain menangguhkannya. Tapi pada dasarnya, keputusan itu adalah akhir dari segalanya.”