Prinsipal Ducati, Luigi Dall’Igna, menegaskan timnya tak hanya mengandalkan satu pembalap dalam pengembangan Desmosedici GP.
Tahun ini, Ducati menunjukkan performa apik sejak awal hingga akhir musim dengan lima dari enam pembalapnya berhasil naik podium.
Bahkan, Enea Bastianini yang menggunakan Desmosedici GP19, mampu tampil cepat dalam dua balapan di Sirkuit Misano, dan mengalahkan rival tangguh untuk mendapatkan podium.
Ini membuktikan bahwa Ducati Desmosedici GP dapat dikendarai oleh semua orang, berbeda dengan masa lalu ketika motor mereka hanya bisa dikuasai satu pembalap.
Ducati terus melalukan pengembangan berdasarkan masukan seluruh pembalap mereka agar Desmosedici GP lebih ramah dengan semua jenis gaya balap.
Kehadiran Dall’Igna juga sangat berpengaruh bagi pengembangan Desmosedici GP, mengingat ia ingin Ducati menjadi tim terkuat di MotoGP.
“Filosofi saya adalah tidak hanya mengikuti arahan dari satu pembalap saja. Saya lebih suka bertaruh pada statistik dan angka,” kata Dall’Igna seperti dilansir Motosan.
“Oleh karena itu, ketika Anda menyelesaikan masalah, Anda melakukannya untuk seluruh pembalap, bukan hanya untuk satu orang.”
Beberapa pabrikan memang mengandalkan pembalap terbaik mereka dalam menentukan arah pengembangan.
Ini menyebabkan pembalap lain yang menggunakan motor serupa kerap kesulitan, dan harus mengubah gaya balap mereka.
Contoh terbesar adalah Honda, di mana mereka sangat mengandalkan Marc Marquez dalam mengembangkan RC213V. Tapi, ketika peraih enam gelar MotoGP itu absen panjang, pabrikan Jepang tersebut langsung keluar dari persaingan di barisan terdepan.
Ketika Marquez kembali pada awal tahun ini, Honda mampu menemukan kembali bentuk terbaiknya.
Apa yang ditunjukkan Ducati sepanjang tahun ini, membuat pabrikan Italia itu difavoritkan menjadi juara dunia pada 2022, dengan Francesco Bagnaia yang akan meraih gelar.
“Kami telah menciptakan situasi yang spenuhnya berbeda. Menjelang akhir musim 2020, kami dikritik karena putus kontrak dengan dua pembalap kami. Kami juga memiliki kekhawatiran, tetapi pada akhirnya semuanya berjalan dengan baik,” ujar Dall’Igna.
“Satu-satunya masalah adalah di awal musim kami tidak memiliki gagasan yang jelas tentang potensi yang kami miliki.
“Normal rasanya memiliki keraguan ketika memulai dengan sesuatu yang baru. Tapi Anda harus memeriksa keraguan ini karena Anda harus memimpin sebuah grup dan tidak boleh membiarkan kekhawatiran Anda berlalu begitu saja.”
Mantan pembalap Ducati, Andrea Dovizioso, juga menjagokan Bagnaia untuk menjadi juara dunia MotoGP 2022. Keyakinan itu muncul ketika pembalap asal Italia tersebut mampu mengeluarkan potensi Desmosedici GP.