Peluncuran buku bertajuk “Melangkah Tanpa Lelah” itu dilakukan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, dan dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit, pimpinan organisasi keagamaan Hindu, dan tokoh-tokoh Bali di Jakarta.
Dalam sambutannya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berharap jajarannya di Kementerian PUPR meneladani sosok mendiang Tjokorda Raka Sukawati yang mampu menciptakan inovasi jalan layang Sosrobahu melalui ide-ide inovatifnya.
“Saya selalu mengharapkan rekan-rekan di Kementerian PUPR meneladani sekaligus meniru menciptakan ide-ide inovatif, seperti Alm. Tjokorda Raka Sukawati, yang menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia. Ide-ide kreatif anak bangsa diharapkan ada ke depan apa pun bentuknya, baik untuk pembangunan jalan, bendungan, dan yang lainnya. Saya harap akan lahir kembali 1.000 Tjokorda Raka Sukawati,” ujar Basuki dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Tjokorda Raka Sukawati penemu konstruksi Jalan Layang Sosrobahu dinilai sebagai kebanggaan Indonesia. Melalui inovasinya, teknik konstruksi Sosrobahu mampu mempercepat proses pengerjaan dan menghindari dampak kemacetan dari pembangunan jalan layang.
Sosok Tjokorda Raka Sukawati yang tegas, berpikiran terbuka, dan teguh dalam mempertahankan gagasannya hingga usia senja pun dinilai dapat dijadikan inspirasi oleh para generasi muda saat ini.
Basuki menceritakan sejarah penemuan konsep konstruksi Sosrobahu yang telah diterapkan bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri.
Sejarah kontruksi Sosrobahu dimulai tahun 1976, dimana Kementerian Pekerjaan Umum berencana membangun Jalan Tol Jagorawi-Tanjung Priok. Saat itu, Tjokorda Raka Sukawati diberi tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek tepat waktu.
Tjokorda Raka Sukawati berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan baik dan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan melalui teknik Sosrobahu yang ia kembangkan. Pada perkembangannya, Sosrobahu menjadi teknik pembangunan jalan tol yang membantu pengerjaan menjadi lebih cepat dan mencegah kemacetan karena tidak ada penutupan lajur tol dalam pembangunan jalan tol layang.
“Teknik Sosrobahu ini menghindari pekerja di lapangan dimaki orang, karena kita bisa membangun tanpa membuat jalanan macet,” lanjut Basuki.
Sebagai informasi, teknik Sosrobahu adalah teknik di mana lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90 derajat di atas tiang sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu-lintas dan tidak perlu menutup jalan tol. Beberapa ruas jalan layang tol di Indonesia yang menggunakan teknik tersebut dalam pengerjaannya, antara lain sebagian Jalan Tol Bandara Soetta, Jakarta dan yang terpanjang Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek (Japek).
Beberapa ruas tol layang di Manila, Filipina dan negara lain menggunakan teknik Sosrobahu dalam pengerjaannya.
Sementara itu, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menilai meskipun Tjokorda Raka Sukawati lahir dari keluarga bangsawan, tidak pernah berhenti untuk menempuh tangga pendidikan.
Menempuh pendidikan S1 di ITB dan S3 di UGM menjadikan Tjokorda Raka Sukawati sebagai inspirasi para anak Bali untuk terus mengisi diri dengan ilmu pengetahuan, bekerja keras, dan mengabdi tanpa akhir.
“Tjokorda Raka Sukawati adalah seorang pemberani yang memegang teguh prinsip, tidak takut dengan perdebatan, berani menyampaikan pemikiran, dan gagasannya secara terbuka,” tutur Ari yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Oleh keluarga, sosok Tjokorda Raka Sukawati dinilai sebagai sosok ayah yang sangat gigih dan disiplin. Hingga usia senja, Tjokorda Raka masih terus bekerja mengembangkan teknologi Sosrobahu dengan harapan teknologi tersebut dapat terus digunakan pada masa mendatang.
“Saya teringat pesan yang disampaikan almarhum Tjokorda Raka, bahwa apa pun ilmu pengetahuan yang kamu pilih untuk masa depanmu, ingat untuk selalu fokus, disiplin dalam hal apa pun itu, senantiasa berusaha memberi yang terbaik dan selalu mencintai apa pun profesimu,” kata Tjorkorda Gde Abinanda Sukawati yang biasa disapa Cok Abi sebagai perwakilan dari keluarga Tjokorda Raka Sukawati.
Acara peluncuran buku dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan narasumber Dewan Pengarah BRIN, Prof. Dr. Gede Wenten dan seniman Nyoman Nuarta.
“Di buku ini diceritakan bagaimana perjuangan Tjokorda Raka yang luar biasa, masa sulit hingga keteguhan hati sehingga gagasan Sosrobahu ini bisa diterima dan dipakai di negara ini. Hal yang bisa saya jadikan pelajaran adalah inovasi itu terkadang lahir di saat menghadapi suatu kesulitan,” ujar Nyoman Nuarta.