Sporting Director Ducati, Paolo Ciabatti, merasa lega keputusannya untuk menurunkan pasangan Francesco Bagnaia dan Jack Miller telah melebihi ekspektasi.
Skuad Borgo Panigale sempat mengundang pertanyaan besar soal pemilihan duet Bagnaia-Miller. Dari segi pengalaman, keduanya belum dianggap tepat untuk memikul tanggung jawab sebagai pembalap pabrikan.
Miller memang pernah mencetak kemenangan di MotoGP. Tetapi, hanya sebanyak satu kali, dan itu terjadi pada 2016. Sedangkan rekan setim Bagnaia, walau juara dunia Moto2 2018, sepak terjangnya masih harus dibuktikan.
Keraguan kian bertambah apalagi jika membandingkan Bagnaia-Miller dengan line-up Ducati sebelumnya, yakni Andrea Dovizioso serta Danilo Petrucci. Duo Italiano terbilang solid mengimbangi kekuatan para rival.
Dovizioso bahkan mampu menantang Marc Marquez dalam perburuan gelar juara dunia, dari 2017 hingga 2019. Terlepas berbuah kegagalan, sang pembalap tetap dianggap memiliki keunggulan lebih.
Namun, seiring berjalannya musim 2021, baik Bagnaia maupun Miller perlahan mulai menemukan ritme dan kecepatan. Keduanya masing-masing mempersembahkan enam kemenangan.
Hasilnya, Ducati Lenovo Team sukses menaklukkan Monster Energy Yamaha MotoGP untuk titel juara dunia tim, setelah berhasil mengantongi perolehan 433 poin dalam klasemen akhir.
“Kami membuat perubahan besar dari tahun lalu ke tahun ini. Kami ‘mempromosikan’ Pecco (sapaan akrab Bagnaia) dan Jack dari Pramac ke tim pabrikan dan berinvestasi pada pembalap muda baru, yang tertua adalah Johann (Zarco) yang baru berusia 30 tahun,” tutur Ciabatti saat konferensi pers di Grand Prix Valencia lalu.
“Senang karena hasilnya menunjukkan kami membuat pilihan yang tepat dan pergi ke arah yang benar, dan kami juga memiliki beberapa wahana baru yang akan datang tahun depan.
“Delapan motor di grid pasti merupakan tantangan dari sisi logistik, tapi kami pernah melakukannya di masa lalu dengan Pramac, Avintia dan Aspar. Jadi kami tahu bagaimana menanganinya.
“Memiliki banyak pembalap muda paling menjanjikan di Ducati adalah baik untuk kami dan masa depan kami.”
Selain mengamankan gelar juara dunia tim, Ducati juga menyegel titel konstruktor untuk kali kedua secara beruntun. Ciabatti pun menyebut pencapaian ini sebagai hal yang membanggakan.
“Saya kira ini adalah musim terbaik untuk Ducati dengan 21 podium, jumlah tertinggi yang pernah ada. Hasil terbaik lainnya adalah pada 2007 ketika kami memenangi kejuaraan dengan Casey (Stoner) dan kami mengoleksi 18 podium bersama Casey dan Loris Capirossi,” ucapnya.
“Enam balapan, 10 pole position, selalu ada Ducati di barisan depan dan saya tidak ingat kapan terakhir kali itu terjadi.
“Menang dengan tiga pembalap, di podium dengan lima pembalap, menunjukkan motor kami sangat kompetitif, walau mungkin masih sedikit berjuang di beberapa sirkuit seperti Sachsenring dan Assen yang tidak sempurna untuk kami.
“Sayang sekali kami tidak bisa bertarung sampai Valencia bersama Fabio (Quartararo). Dia menjalani musim yang fantastis dan hampir tidak membuat kesalahan. Dia pantas menang. Tapi kami yakin kami akan berada di sana tahun depan untuk mencoba dan membawa gelar ini kembali ke Bologna.”