Tidak puas dengan penampilannya pada MotoGP 2021, Takaaki Nakagami ingin belajar mengelola tekanan dengan lebih baik untuk musim depan. Ia juga percaya bahwa beberapa eleman lain juga bermasalah.
Pembalap LCR Honda Takaaki Nakagami tak menyembunyikan ambisinya sebelum memulai musim 2021. Termotivasi dengan kinerja kuat tahun lalu, ia bermimpi untuk meraih kemenangan, bahkan berjuang untuk gelar juara dunia.
Setelah musim berakhir, hasilnya ternyata lebih dari mengecewakan. Nakagami masih belum mampu merengkuh podium perdananya di kelas premier dan mengakhiri musim di peringkat ke-15.
Seperti di MotoGP 2020, penampilannya terkadang menjanjikan. Kekecewaannya terlihat jelas di akhir Grand Prix (GP) Spanyol di Jerez, di mana Nakagami finis kurang dari sepersepuluh detik dari podium.
Namun rider Jepang itu paling frustrasi dalam GP Amerika Serikat di Austin, ketika ia crash saat jadi satu-satunya pembalap yang mampu mengimbangi kecepatan sang pemenang Marc Marquez (Repsol Honda).
Menyusul kekecewaan tersebut, Bos LCR Lucio Cecchinello dengan jelas meminta pembalapnya untuk mengevaluasi diri sendiri agar tidak mengalami kesulitan ketika berada di bawah intensitas tekanan.
“Saya paham apa yang Lucio maksud, namun saya pun ingin berubah. Itu bukan satu-satunya alasan saya terjatuh (di Austin) tetapi kami tidak bisa mendapatkan hasil akhir yang diharapkan. Itu problem utama,” kata Nakagami menanggapi Cecchinello saat musim berakhir.
“Bukan hanya karena saya berada di bawah tekanan dan kemudian jatuh. Ada banyak alasan di balik kecelakaan tersebut, namun itu satu (masalah). Kami harus kuat tahun depan.
“Saya tidak bisa mengubahnya dalam semalam atau seminggu. Kami harus meluangkan waktu. Saya punya ide untuk musim depan. Kami sudah bekerja di belakang layar. Saya tidak bisa membahas itu sekarang, tapi saya mungkin akan mengubah sesuatu untuk tahun depan.”
Kesimpulan di akhir musim yang sulit: Takaaki Nakagami hanya finis tujuh kali di zona 10 besar dan dua di top 5, setelah sering tampil kuat pada sesi Minggu pagi, dengan memimpin Warm Up empat kali.
Sang rider mengakui bahwa ia tidak selalu memahami penyebab dirinya mudah kehilangan posisi ketika balapan berlangsung, kendati demikian ingin tetap menjaga sikap positif dalam segala situasi.
“Kami mengalami banyak kesulitan musim ini dibandingkan tahun lalu. Pada awal musim kami tidak dalam kondisi terbaik, saya benar-benar kesulitan dengan motor, tapi itu membaik secara bertahap,” ucapnya.
“Saya kerap bernasib buruk dengan mengalami kecelakaan dan tidak mampu menyatukan semuanya. Itu musim yang sangat sulit bagi saya. Benar-benar tidak mudah untuk terus mendorong diri sendiri.
“Pada tahap kedua musim, ada balapan dan momen di mana tidak mudah untuk memahami apa yang sedang terjadi, karena saya sangat cepat di beberapa sesi dan kemudian, karena berbagai alasan, saya sering crash dalam momen yang penting dan kehilangan banyak poin,” Nakagami menjelaskan.
Ia sempat berpikir bakal bangkit pada akhir liburan musim panas, tetapi kekecewaan yang kembali didapat sebab pembalap 29 tahun tersebut tidak memiliki solusi di level teknis. Kini ia berharap pembenahan selama musim dingin dan berharap bisa menghadapi MotoGP 2022 dengan dinamika yang lebih baik.
“Saya finis kelima di Austria dan saya pikir, ‘Oke, kami bisa memulai kembali musim’. Kemudian, sayangnya, kami mengalami banyak kecelakaan dan saya kehilangan poin. Sampai (balapan terakhir) kami tidak bisa membalikkan keadaan, situasi yang sangat buruk,” tutur Nakagami.
“Tetapi hal positifnya adalah saya masih coba memanfaatkannya sebaik mungkin dan mengubah situasi itu. Tak mudah untuk mengatakan betapa sulitnya musim ini, namun saya selalu berusaha melakukan yang terbaik, bahkan ketika saya jatuh, saya selalu berjuang.
“Saya tentu sangat kecewa dan menyesal untuk tim. Tetapi kami tidak bisa mengubah masa lalu. Jadi kami harus menatap ke depan. Saya ingin keluar dari momen sulit ini. Anda tidak suka mengalami banyak crash dan kehilangan poin. Jadi sekarang saatnya istirahat kemudian memikirkan langkah untuk 2022.”