“Kuncinya adalah keunggulan umat ini terjadi kalau kita punya frame yang sama, yaitu Islam moderat yang washatiyah,” ucapnya dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa.
Khariri menjelaskan, sikap beragama moderat atau di tengah mampu menghindarkan umat dari sifat tassajud, yakni beragama yang keras atau tekstual, lalu berlanjut menjadi athoruf atau radikal hingga hilirnya menjadi jatuh ke dalam terorisme.
Ia menyaksikan kondisi yang terjadi saat ini adalah munculnya kelompok yang mencoba menggeser pemahaman yang harusnya moderat menjadi tassajud sehingga kerap memicu konflik.
“Kita bukan negara Islam, cara bernegara ini kita ini sudah ‘on the track’, yang mengedepankan substansi, tidak perlu formalitas yang menjadikan segala sesuatu berlabel Islam,” ujarnya.
Khariri juga menyoroti peran pemerintah melalui kewenangannya dalam membuat peraturan yang bisa menjamin kenyamanan rakyatnya dalam beragama.
“Peraturan yang dibuat pemerintah tentu harus mampu membuat rakyat nyaman beragama, untuk memiliki akhlak yang baik,” kata Khariri yang juga Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.