“Saya mendoakan masyarakat yang sakit akibat letusan Gunung Semeru segera sehat dan pulih seperti sediakala,” kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dalam kesempatan yang sama, HNW berharap Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia aman, sejahtera, jauh dari bencana, dan marabahaya lainnya.
“Semoga yang menjadi korban bencana tersebut meninggal secara syahid dan diganjar oleh Allah SWT dengan surga di akhirat nanti, alfatikhah,” kata dia.
Pada kesempatan itu, Hidayat menyoal pihak-pihak yang menjadikan Tuhan, agama, dan simbol-simbol agama menjadi bahan olok-olok dan lucu-lucuan. Tindakan itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan dasar dan ideologi Pancasila.
Menurut dia, menjadikan Tuhan, agama, dan simbol-simbol agama sebagai bahan lucu-lucuan untuk mengundang tawa, sama juga artinya tidak menghormati para pendiri bangsa yang telah bermufakat untuk menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi Pancasila.
Padahal, katanya, tokoh-tokoh bangsa dari unsur nasionalis, religius maupun nasionalis kebangsaan bekerja keras untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Mereka terus berjuang agar Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tidak jatuh kembali pada kolonial Belanda maupun cengkeraman komunisme dan liberalisme.
Tokoh-tokoh nasionalis kebangsaan, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, hingga Mohammad Yamin bersama tokoh nasionalis religius, antara lain KH Wahid Hasyim, Abdul Kahar Muzakir, Haji Agus Salim, dan Alexander Andries Maramis bermufakat menyangkut Pancasila dengan sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Jadi, kalau sekarang ada yang mengolok dan membuat kelakar kepada Tuhan, agama, dan simbol-simbol agama berarti dia tidak menghormati dan mengakui kesepakatan para pendiri bangsa,” ujarnya.
Padahal, katanya, perjuangan bapak pendiri bangsa tidak berhenti hingga Indonesia merdeka. Mereka terus berjuang mempertahankan kemerdekaan dari upaya kembalinya penjajah.
Hidayat berharap ke depan tidak ada lagi upaya mengolok Tuhan, agama maupun simbol-simbol agama. Sebab, tindakan tersebut sama saja menertawakan dasar dan ideologi negara.
“Ini juga sama dengan menghina para pendiri bangsa,” kata Hidayat.