Dulu, bukit ini jadi pos pengawasan pemerintah kolonial Belanda. Kini, kawasan tersebut bermetamorfosis menjadi objek wisata nan eksotis di ketinggian 615 meter di atas permukaan laut (mdpl).
—
KONTUR jalannya khas pegunungan. Berkelok-kelok dan menanjak. Di kiri dan kanannya berjajar pohon cemara yang berseling dengan pohon durian. Juga, ada pohon-pohon cengkih yang menjulang di sela-sela dua pohon itu.
Suasana itulah yang tersaji ketika melewati Desa Medowo, salah satu desa wisata di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Aroma pegunungan memang khas di tempat ini. Lokasinya yang berada di lereng pegunungan Anjasmoro adalah salah satu sebabnya.
Selain pemandangan alam yang segar itu, ada destinasi wisata yang digandrungi pelancong. Wisata Bukit Gandrung (WBG) Tanggulasi. Sesuai namanya, destinasi ini berada di ketinggian, di puncak bukit.
Butuh tenaga ekstra untuk menuju ke sana. Sebab, pengunjung harus melintasi jalanan yang menanjak. Namun, ’’perjuangan’’ itu akan terbayar lunas ketika berada di puncak bukit.
Pelancong bakal menikmati pemandangan eksotis. Juga spot-spot foto menarik. Juga fasilitas rekreasi lain seperti halnya kolam renang. Di salah satu area yang penuh rerumputan tebal dan berbagai tanaman hias, Nia Nuraini, salah seorang pengunjung, tengah asyik berswafoto. Latar belakangnya hutan yang membentang luas di punggung Gunung Anjasmoro. Juga, hamparan langit yang membiru di angkasa. ”Tempatnya bagus, hijau sejuk,” ucapnya seraya menunjukkan beberapa hasil jepretan di gawainya.
Udara di WBG Tanggulasi sangat sejuk. Sebab, destinasi ini berada di ketinggian 615 mdpl. Di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan ketinggian dari menara setinggi 10 meter dari puncak bukit. Mereka juga bisa berswafoto dengan latar hutan dan angkasa.
Bukan hanya itu andalan tempat wisata seluas 1 hektare tersebut. Masih ada tempat lain yang menampilkan miniatur-miniatur rumah, taman bunga, serta deretan gazebo. Bagi anak-anak, ada dua kolam renang yang bisa digunakan untuk bermain air. Seluas 20 meter persegi. Berenang di ketinggian tentu membawa sensasi tersendiri.
Dulu, kondisi Bukit Tanggulasi tak seperti sekarang. Hanya ada jurang curam dan semak belukar. Jarang dijamah warga. Apalagi, saat itu aksesnya sulit. ’’Hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki,” terang Kepala Desa (Kades) Medowo Sujarwo.
Bukit ini punya sejarah panjang. Dulu menjadi tempat penanda ketinggian. Selain itu, jadi pos penjagaan oleh pemerintah kolonial Belanda. ’’Sebetulnya Belanda menyebutnya sebagai Bukit Triangulasi. Namun, lidah orang Jawa menyebutnya jadi Tanggulasi,” jelas Sujarwo.
Dengan potensi seperti itu, Sujarwo pun mengembangkan kawasan tersebut. Bersama warga, dia juga mengembangkan berbagai potensi desa lainnya seperti durian, salak, dan manggis. Setiap tahun Desa Medowo juga menggelar pesta ’’Dahar Durian’’. Setiap pengunjung diberi durian secara gratis.
Lebih dari itu, desa ini juga punya potensi di bidang peternakan yang dikelola warga. Cocok untuk wisata edukasi. Mulai sapi perah hingga kambing etawa. ”Itu semua potensi alam. Tanpa mengadakan. Tinggal mengoptimalkan yang ada,” terangnya.
WBG juga menawarkan sensasi wisata kuliner. Sebelum menuju puncak bukit, sembilan lapak makanan dan minuman tersedia. Latar belakangnya juga masih perbukitan hijau. Setiap pelancong yang datang pasti akan mendengar sapaan ramah dari para penjualnya. ’’Sarapan riyen, niki bade ngersakne napa (sarapan dulu, ingin merasakan makanan apa, Red)?” Begitu ucapan Warsini, salah seorang penjual, kepada pengunjung yang datang.
Menu yang disediakan juga khas Kediri. Nasi pecel dan teh manis. Tentu masih ada menu yang lainnya. Warung-warung itu juga menyediakan minuman tradisional. Makanan instan juga tersedia. Harganya? Tak usah khawatir. Semua makanan sangat ramah kantong.
Sejak WBG Tanggulasi dipugar pada 2018, ada 20 warga yang menyambung hidup dengan berjualan di tempat tersebut. Itu belum termasuk mereka yang bekerja di berbagai sektor.
Baca Juga: 11 Negara Diperbolehkan Masuk Arab Saudi, Indonesia Tidak Termasuk
Sujarwo menegaskan, dirintisnya destinasi itu membantu perekonomian warganya. Dari semula mereka pengangguran bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Atau yang semula bekerja serabutan kini punya pekerjaan yang lebih bisa diharapkan hasilnya.