Objek wisata yang terletak di lereng Gunung Lawu sisi utara itu disebut-sebut berasal dari sebuah fenomena alam. Kini destinasi di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, tersebut menjadi primadona setelah dikelola lebih profesional.
—
DUA puluh enam tahun silam, tepatnya pada September 1995, sebuah kejadian misterius menggegerkan warga Desa Girimulyo. Menjelang azan Magrib, terdengar suara gemuruh. Tak ada yang tahu dari mana asalnya.
Pagi keesokan harinya, warga sekitar melihat ada sungai baru sepanjang 3 kilometer. Bentuknya seperti bekas longsoran. Namun, yang membuat warga heran adalah ke mana jutaan kubik tanah dan ratusan pohon besar yang sebelumnya ada di atas sungai. Tidak ada wujudnya. Hingga akhirnya, warga sekitar menyebutnya kali tiban.
”Saat itu tidak ada hujan atau badai. Kalaupun terjadi longsor, seharusnya perkampungan di bawahnya terjadi bencana,” kata pengelola Srambang Park, Ngawi, Hariyanto.
Fenomena kali tiban itu langsung bikin heboh alias viral. Masyarakat berduyun-duyun datang ke sana. Sebagian warga yang penasaran berusaha menyusuri sungai tersebut. Tak disangka, ujung dari sungai itu ada sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 25 meter. ”Sejak saat itu, Air Terjun Srambang mulai dikenal banyak orang,” ungkapnya.
Awalnya, air terjun tersebut dikelola KPH Lawu DS Madiun. Namun, pengelolaannya kurang maksimal. Infrastruktur pendukung yang ada cukup minimalis. Lambat laun, objek wisata tersebut kian sepi. Paling banyak hanya 30–50 pengunjung sehari (biasanya di akhir pekan).
Wajah Air Terjun Srambang berubah setelah dikelola secara profesional. Infrastruktur ditata, fasilitas-fasilitas baru disediakan. Objek tersebut juga diberi nama baru, Srambang Park, Ngawi. Hasilnya positif. Kini objek tersebut menjadi primadona baru destinasi wisata di Ngawi.
Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, objek tersebut sempat memecahkan rekor kunjungan paling tinggi di Ngawi. Mencapai 14 ribu pengunjung dalam sehari. ”Itu setelah Air Terjun Srambang dikelola secara profesional,” kata Kepala Disparpora R. Rudi Sulisdiana.
Ada cukup banyak suguhan yang tersaji di sana. Salah satu ”maskot”-nya tentu saja pemandangan indah air terjun dengan ketinggian 25 meter yang terbalut dengan suasana alam khas pegunungan.
Selain itu, aneka sajian bisa dinikmati pengunjung. Di sepanjang perjalanan menuju air terjun, mata akan dimanjakan ratusan pohon pinus yang tumbuh di kiri dan kanan jalan. Setelah itu, sekitar 250 meter dari air terjun, pengunjung dihibur dengan taman yang dipenuhi 70 jenis bunga yang ditata rapi.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Wali Kota Surabaya Tak Bisa Cegah Toron
Juga ornamen kekinian seperti menara kincir ala Belanda. Setelah itu, pengunjung menyusuri sungai yang kanan-kirinya diapit dua tebing. ”Juga ada tambahan puluhan gazebo untuk tempat santai. Cocok jadi tempat mencari ketenangan dan inspirasi,” ungkapnya.
Karena kealamian kawasan itu pula, pengunjung yang beruntung bisa menemui sejumlah hewan langka. Mulai burung gelatik hingga jalak putih dan oranye. Pengelola Srambang Park, Ngawi, tidak memperbolehkan wisatawan mandi atau bermain air tepat di bawah air terjun.