Selain dikenal sebagai salah satu lumbung pangan dan sumber energi nasional, Bojonegoro mulai dikenal akan agrowisatanya. Di sana, ada sejumlah destinasi yang menawarkan potensi alam dan keanekaragaman pangan. Salah satunya, Agrowisata Kebun Belimbing.
—
PERTENGAHAN pekan lalu, Jawa Pos Radar Bojonegoro berkunjung ke sana. Untuk sementara objek wisata itu ditutup. Imbas PPKM darurat.
Tidak sulit untuk mengunjungi objek yang terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, tersebut. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari pusat kota atau sekitar 20 menit berkendara.
Agrowisata yang satu itu terletak di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo dan dekat dengan bendungan gerak. Karena itu, tak heran jika nuansa alam benar-benar tersaji di sana.
Sebagaimana namanya, salah satu sajian utama destinasi yang satu ini adalah pohon dan buah belimbing. Karena itu, begitu melintasi gerbang masuk, pandangan para wisawatan langsung dimanjakan dengan ribuan pohon belimbing yang sudah berbuah dan siap untuk dipetik. Rimbunnya pepohonan membuat hawa di sana begitu sejuk dan menyegarkan. Wisatawan bisa mengelilingi area kebun sampai mblenger (puas maksimal). Maklum, kebun mencapai mencapai 20,4 hektare.
Tak hanya sekadar menyaksikan, para pengunjung merasakan sensasi wisata petik belimbing. Menikmati buah berbentuk bintang tersebut dari pohonnya secara langsung. Tentu saja, kesegarannya tak usah ditanyakan lagi.
Namun, jika enggan untuk memetik sendiri, wisatawan bisa membeli belimbing yang sudah dipetik petani. Soal harga, tidak perlu khawatir. Sangat bersahabat bagi kantong.
”Saat agrowisata beroperasi, mereka (petani, Red) biasanya berjejer rapi di jalan-jalan yang dilintasi pengunjung,” kata Ketua Agrowisata Kebun Belimbing Prio sulistio.
Pengujung tidak perlu khawatir buah belimbing bakal habis meski dipetik berkali-kali. Sebab, jumlah pohon di objek tersebut begitu banyak. Mencapai 9 ribu pohon. Satu pohon rata-rata bisa menghasilkan buah hingga 30 kilogram.
Tak hanya sajian wisata buah, Agrowisata Belimbing juga layak jadi objek bertamasya. Termasuk, bagi mereka yang berkunjung bersama putra-putrinya. Sebab, aneka wahana sudah tersedia di sana. Mulai paint ball, ayunan, rumah pohon, dan taman bermain anak yang cukup representatif.
Destinasi tersebut juga patut dicoba sebagai tempat untuk menggelar beragam kegiatan. Mulai meeting hingga hajatan. Sebab, pengelola sudah menyiapkan tempat khusus yang menawarkan nuansa asri panorama Bengawan Solo.
Wisatawan yang hobi fotografi pun patut mendatangi agrowisata itu. Di sana, sejumlah spot sudah tersedia, lengkap dengan ornamennya. Di antaranya, sudut-sudut kebun belimbing atau spot di tepian Bengawan Solo. Ada pula lorong yang sudah dipoles dengan bola warna-warni.
Destinasi yang Terbangun dari Kebersamaan Warga Desa
AGROWISATA kebun belimbing layak menjadi contoh destinasi yang muncul dari inisiatif warga. Berkat ketekunan dan kegigihan selama puluhan tahun, masyarakat setempat menikmati hasilnya.
Ya, agrowisata ini adalah murni dari inisiatif warga yang mayoritas menjadi petani dan pekebun. Mereka berinisiatif menjadikan lahan seluas 20,4 hektare itu sebagai sentra budi daya tanaman agro. ”Wisata ini berakar dari keinginan warga desa sendiri,” ujar Ketua Agrowisata Kebun Belimbing Prio Sulistio.
Ikhtiar itu dimulai pada 1980. Awalnya, mereka masih menanam aneka tanaman. Mulai jagung, kedelai, singkong, hingga palawija lainnya.
Setelah itu, dua warga desa berinisiatif untuk menanam belimbing dengan teknik khusus. Mereka lantas mencontohkannya kepada petani lain. ”Masa itu memang belum menjanjikan,” tuturnya.
Setelah empat tahun masa penanaman pertama, tanaman-tanaman tersebut mulai berkembang pesat. Hal itu membuat warga lainnya mengikuti. Imbasnya, produksi buah tersebut makin melimpah. ”Masyarakat lantas bermusyawarah. Menjadikan lahan itu sebagai sentra. Tapi, saat itu belum jadi objek wisata,” kata petani belimbing berusia 50 tahun itu.
Inisiatif menjadikan sentra belimbing tersebut sebagai agrowisata mulai tercetus pada 2010. Petani diajak mempraktikkan secara langsung bagaimana menjadi pedagang dan wisatawan. Namun, waktu itu belum ada yang namanya manajemen pengelolaan wisata. Pemda lantas memfasilitasi.
Pengelolaan secara profesional mulai dilakukan pada 2014. Tahap awal adalah membentuk pengurus. Mereka lantas dimasukkan ke unit Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Abadi. Sejumlah wahana baru juga didirikan demi menarik minat wisatawan untuk berkunjung. ”Setelah diuji coba, ternyata animo pengunjung cukup besar. Sampai akhirnya pada 2015 pengelolaannya benar-benar profesional,” ungkapnya.
Kini, tak hanya sebagai objek wisata, destinasi tersebut juga menjadi objek penelitian sejumlah perguruan tinggi terkenal. Tahun ini pula belimbing produk agrowisata tersebut bakal menembus pasar ekspor dengan difasilitasi pemda.
Baca Juga: Ruang Kelas Disiapkan Jadi Tempat Perawatan Covid-19 di Surabaya
Namun, kesuksesan itu bukanlah garis finis. Para pengelola terus berinovasi. Terbaru, rencananya agrowisata tersebut dikembangkan sebagai wisata edukasi pengolahan sampah. Limbah diolah menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis. ”Sehingga hasilnya mampu membangun perekonomian warga desa,” katanya.
SEKILAS TENTANG AGROWISATA KEBUN BELIMBING, BOJONEGORO
– Terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu.
– Berdiri di atas lahan seluas 20,4 hektare. Lahan-lahan itu merupakan tanah yang sebelumnya dikelola 104 petani di desa tersebut.
– Objek wisata itu berada di lahan wilayah bantaran Sungai Bengawan Solo.
– Berada di bawah pengelolaan unit Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Abadi Desa Ngringinrejo.
Sejumlah fasilitas yang tersedia:
– Wahana bermain seperti paint ball, ayunan, rumah pohon, dan taman bermain anak
– Wisata petik belimbing
– Aneka spot foto