Jawa Timur begitu kaya akan destinasi wisata air. Salah satu yang cukup tersohor di kalangan wisatawan adalah taman wisata Sumber Maron. Ada begitu banyak sensasi yang tersaji di sana.
—
SUASANA alami begitu terasa di objek yang terletak di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, tersebut. Aliran air sungainya cukup deras, jernih, dan begitu segar.
Kiri kanan sungai tersebut juga didominasi pepohonan yang begitu rindang. Keelokan sungai itu makin lengkap dengan sebuah air terjun yang mengalir dari tebing mini setinggi 5 meter. Warga setempat menamainya Grojokan Sewu.
Karena itu, setelah kawasan tersebut disulap menjadi objek wisata, para wisatawan yang singgah ke sana seakan-akan tak pernah sepi untuk menikmati keindahan alam serta aneka wahana yang disajikan pengelola.
Ya, ada begitu banyak sajian yang bisa dinikmati di objek wisata binaan badan usaha milik desa (BUMDes) Karangsuko tersebut. Salah satunya adalah river tubing. Pengunjung bisa menyusuri sungai berarus sedang dengan menggunakan ban karet besar yang disewakan di sana. Yang juga jadi favorit pengunjung adalah mandi di bawah Air Terjun Grojokan Sewu.
Kebersihan air yang selalu terjaga juga menjadi alasan para wisatawan tak pernah bosan untuk datang ke sana. ’’Kami rutin merawat dan menjaga ekosistem lingkungan. Karena memang air di sini semuanya berasal dari sumber. Sehingga tingkat kemurniannya harus selalu dijaga,’’ kata Direktur BUMDes Karangsuko Dwi Edi Putra.
Aneka keunggulan itulah yang membuat wisata Sumber Maron tidak hanya dikenal di kalangan wisatawan lokal, tetapi juga di berbagai penjuru daerah di negeri ini. ’’Kalau hari libur, kebanyakan yang datang wisatawan dari luar kota seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,’’ ucapnya.
Padahal, selama ini, pengelola jarang mempromosikan wahana yang mereka kelola. Kebanyakan yang melakukan promosi malah pengunjung yang pernah datang. ’’Kebanyakan pengunjung yang datang ke sini yang malah promosi. Entah melalui video vlog, YouTube, atau konten lainnya. Pemasaran dari mulut ke mulut juga lebih efektif dan tepercaya,’’ imbuhnya.
Dalam situasi normal, rata-rata pengunjung objek wisata itu mencapai 1–2 ribu per hari. Pada weekend, jumlahnya bisa tembus 5 hingga 7 ribu orang. ’’Paling banyak itu pada momen Tahun Baru 2020. Sebelum pandemi, sehari ada 15 ribu orang yang datang,’’ imbuhnya.
Diresmikan sejak 2016, destinasi tersebut sudah menyumbang pundi-pundi penghasilan asli desa (PADes) Karangsuko. Dwi menyatakan, objek wisata tersebut sudah mampu meraup penghasilan di atas Rp 1,5 miliar dalam setahun. Bahkan, pada 2020, pemasukan yang dicapai tembus angka Rp 1,9 miliar. ’’Sebenarnya, tahun ini kami yakin bisa dapat lebih dari itu. Tapi, dengan adanya PPKM yang terus diperpanjang, kami tidak bisa beroperasi. Kami juga tidak tahu target itu bisa terpenuhi atau tidak,’’ imbuhnya.
Selain dimanfaatkan sebagai objek wisata, terdapat unit usaha lain di kawasan Sumber Maron. Yakni, penyediaan air bersih. Usaha itu dikelola BUMDes bernama badan pengelola air bersih dan sanitasi.
Skema usahanya persis dengan sistem penyedia air minum (SPAM) milik PDAM. ’’Hanya, di sini lebih murah. Kini sudah ada 2.500 KK di 5 desa di 2 kecamatan yang dipasok air bersih dari Sumber Maron,’’ pungkas Dwi.
Sumber Maron Jadi Sumber Penghasilan 240 Warga
Ada salah satu hal yang bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan BUMDes Karangsuko dalam mengelola wisata Sumber Maron. Destinasi tersebut bermetamorfosis menjadi ladang penghasilan bagi ratusan warga lokal.
Direktur BUMDes Karangsuko Dwi Edi Putra menjelaskan, hingga saat ini setidaknya ada 240 warga yang menggantungkan hidup dari wisata Sumber Maron. Mulai para pedagang, tukang parkir, hingga tukang ojek. ’’Jumlah pedagang sekitar 150 orang. Kemudian tukang ojek dan parkir sebanyak 90 orang,’’ ucapnya.
Hanya, sejak penerapan PPKM darurat dan level 4 selama dua bulan terakhir, pengelola wisata dan pedagang banyak merugi. Maklum, mereka harus membatasi pengoperasian mereka. Bahkan, tempat wisata sempat beberapa kali tutup.
Otomatis, penghasilan desa juga menyusut drastis. Dari sektor tiket misalnya, diperkirakan ada potensi pemasukan hingga Rp 400 juta yang hilang. ’’Belum lagi pedagang juga jadi tidak bisa beraktivitas. Mau maksa buka juga tidak ada yang beli,’’ tuturnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah bisa memberikan solusi atas pembatasan yang dilakukan. Menurut dia, jika terus seperti ini tanpa adanya solusi, akan ada banyak warga yang perekonomiannya terus melorot. ’’Kebanyakan pedagang di sini, ya, kerjanya cuman berdagang. Sehingga jika wisata tutup, otomatis mereka kehilangan sumber pendapatan,’’ kata Dwi.
Dwi menambahkan, pengelola sejatinya telah menyiapkan segala kebutuhan agar pemerintah memberikan izin tempat wisata beroperasi kembali. Terutama terkait dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19. ’’Saat ini semua yang terlibat dalam wisata juga kami ajukan untuk divaksin. Dengan demikian, bisa memberikan rasa aman bagi para pengunjung,’’ pungkasnya.
SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA SUMBER MARON
– Terletak di Dusun Adi Luwih, Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Malang.
– Objek wisata berada di bawah binaan badan usaha milik desa (BUMDes) Karangsuko.
WAHANA YANG JADI FAVORIT:
– Air Terjun Grojokan Sewu: Memiliki kemiringan sekitar 60 derajat dengan ketinggian sekitar 5 meter. Di air terjun tersebut terdapat bebatuan besar.
– River tubing: Para wisatawan bisamenyusuri sungai dengan perahu ban.
– Wisata kuliner yang disajikan warga setempat.