Kamping bisa jadi pilihan untuk berwisata. Berbaur dengan alam nan tenang mampu melepas penat akibat rutinitas yang padat. Kini makin banyak destinasi wisata perkemahan yang bisa dikunjungi. Salah satunya di Kabupaten Malang.
—
JARUM jam menunjukkan pukul 10 malam. Di tengah suasana yang begitu lindap, Jawa Pos menyusuri jalanan bebatuan menuju Bumi Perkemahan Bedengan di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Suasana gulita perlahan hilang ketika cahaya lampu di pintu masuk perkemahan berpendar. Di sana belasan sepeda motor terparkir. Petugas loket langsung memberikan tiket tanda masuk plus karcis parkir yang harus kami bawa.
”Lokasi tenda bisa di sana, di situ, dan di atas,” ujar Supriyadi, petugas lapangan Bumi Perkemahan Bedengan, sambil memberikan petunjuk lewat sinar senter miliknya.
Dia lantas menyarankan kami untuk menuju ground A, B, atau C. Bukan tanpa alasan. Di sana kontur tanahnya landai, dekat dengan toilet, serta menjadi favorit pengunjung yang membawa keluarga.
Setelah menuruni jalan setapak dan jembatan kayu, kami pun tiba di lokasi. Bersanding dengan bibir sungai dengan air terlihat berwarna keperakan karena disinari bulan purnama.
Selesai membangun tenda, hawa dingin mulai menembus kulit ketika kami mulai bersantai. Makin lama makin menusuk tulang, terutama ketika badan tidak banyak bergerak. Namun, tidak usah khawatir kedinginan. Sebab, pengelola menyediakan kayu bakar yang bisa dibeli pengunjung. Harganya cukup terjangkau. Lengkap dengan getah pinus sebagai penyulut. Api unggun bisa dibuat dengan cukup mudah.
Di samping tenda, terlihat empat pemuda meriung. Sambil memetik gitar memecah kesunyian malam. Hawa Bedengan yang dingin disertai iringan senda gurau dengan teman bertualang mampu menjadi penghilang penat yang pas.
Saat sinar matahari pagi menyapa, suasana Bumi Perkemahan Bedengan mulai ramai. Pengunjung berdatangan mencari tempat berkumpul. Ya, selain sebagai tempat kamping, Bedengan bisa dijadikan wahana bersantai.
Misalnya, yang dilakukan Cindy bersama tiga temannya. Mereka menggelar tikar, lalu memasak daging di atas kompor gas. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu sengaja datang ke Bedengan untuk melepas rindu. ”Sekalian kumpul-kumpul sebelum lulus kuliah,” katanya.
Pagi hari, makin banyak pengunjung yang datang ke Bedengan. Sebagian besar adalah keluarga. Mereka vacation di bawah pohon pinus. Sambil mendengar gemericik air Kalisat yang mengular di sepanjang ground Bedengan. ”Semua area ground di Bedengan memang dilewati sungai,” ungkap Supriadi.
Sungai Kalisat bersumber langsung dari Gunung Butak. Airnya jernih. Bisa dipakai pengunjung untuk memasak.
Bumi Perkemahan Bedengan memiliki luas 26 hektare. Pengunjung bisa memilih 12 area yang bisa ditempati untuk mendirikan tenda. Fasilitas di sana cukup lengkap. Kamar mandinya bersih.
Bagi yang mengajak anak, ada area bermain. Jika kekurangan makanan, pengunjung bisa membeli makanan di tiga warung di tengah perkemahan.
Tempat Istirahat Pendaki Puncak Batu Tulis
LOKASI kamping lain yang bisa dijajal saat melawat ke Kabupaten Malang adalah Camping Ground Pakis di kawasan Precet Forest Park. Di sana, suasananya memang lebih sepi jika dibandingkan dengan Bedengan. Namun, ada sejumlah sensasi yang bisa dinikmati pengunjung.
ALAMI: Dua pengunjung sedang bersantai di pelataran gerbang masuk Camping Ground Pakis di kawasan Precet Forest Park. (Edi Susilo/Jawa Pos)
Saat Jawa Pos singgah di sana, terlihat dua pemuda yang duduk di bangku kayu sambil menyeruput kopi. Sementara itu, di area ground kosong tanpa ada secungkup tenda pun yang didirikan. ”Biasanya kalau akhir pekan baru ramai,” kata Khoirul Anam, salah seorang pemuda.
Kawasan perkemahan itu masih cukup alami. Di balik pepohonan pinus yang rapat, seekor elang tampak terbang memutar mencari mangsa. Di bawah pohon-pohon, terlihat tupai-tupai berlarian. Seolah tahu bahwa ada ancaman yang mengintip di balik pucuk pinus.
Camping Ground Pakis biasanya menjadi tempat beristirahat para pendaki sebelum naik ke puncak Batu Tulis, salah satu puncak di Gunung Kawi. Mereka menghabiskan malam sebelum naik ke puncak untuk menyambut sunrise.
Sekretaris Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Jatmiko Adi mengatakan, saat ini pengelola tengah giat untuk mengembalikan keanekaragaman ekosistem di kawasan Precet.
Perburuan hewan liar terus dicegah agar fauna di kawasan tersebut tak surut. ”Selain elang, informasinya ada macan tutul,” ucapnya.