Menengok Menggeliatnya Kembali Telaga Sarangan, Magetan

Jawapos TV

Telaga Sarangan tak sekadar menjadi objek wisata andalan Magetan, tetapi juga sebagai sandaran hidup banyak orang. Karena itu, dibukanya kembali destinasi di lereng Gunung Lawu itu disambut antusias. Seperti apa geliatnya?

Read More

KEINDAHAN kawasan Telaga Sarangan tidak luntur. Telaga yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menawarkan ragam pesona yang menjadi magnet wisatawan.

Telaga seluas 30 hektare itu masih terlihat alami. Airnya jernih. Pengunjung yang datang juga mendapat suguhan view telaga yang dipadu dengan puncak Gunung Lawu yang mengagumkan.

Selain itu, ragam pendukung objek wisata sudah tersedia di sana. Mulai puluhan hotel dan tempat penginapan, taman bermain, sejumlah sentra kuliner, hingga cenderamata. Membuat pengunjung mendapat banyak pilihan untuk bertamasya.

Belum lagi sejumlah wahana tambahan yang bisa dinikmati. Di antaranya, perahu boat untuk berkeliling telaga, sensasi berkuda, dan arena permainan anak-anak. Karena itu, tak heran jika wisatawan yang berkunjung ke sana tak pernah sepi.

Berita Terkait :  Enam Wisata Pantai Pacitan Terbaru: Tiket Masuk, Daya Tarik dan Lokasi

Namun, merebaknya persebaran Covid-19 membuat geliat Telaga Sarangan meredup. Bahkan sempat mati suri akibat sejumlah kebijakan pembatasan aktivitas yang diberlakukan pemerintah demi mengatasi pandemi.

Imbasnya luar biasa. Tak hanya membuat geliat pariwisata di sana mati pletes, 70 persen dari 336 kepala keluarga (KK) di lingkungan Sarangan terdampak secara ekonomi. ”Kalau untuk makan, mereka ada. Tapi, untuk membayar angsuran bank, tagihan listrik, dan air, tidak memiliki pemasukan,” cerita Lurah Sarangan Prima Suhardi Putra.

Setelah sekian lama ditutup, kini Telaga Sarangan kembali beroperasi. Magetan telah berstatus PPKM level 2. Masyarakat menyambut gembira. Geliat wisata di sana mulai terasa.

Setelah dua pekan terakhir beroperasi kembali, wisatawan mulai mengalir meski belum pulih seperti semula. Aktivitas usaha juga mulai terlihat seperti persewaan kuda, perahu, penjual makanan, dan pelaku usaha hotel. ”Dua pekan ini, ada peningkatan pendapatan sekitar 25 persen,” katanya.

Memang, belum semuanya buka seperti biasanya. Sebagian usaha belum beroperasi. ”Karena khawatir akan ada PPKM lagi. Apalagi ada isu gelombang ketiga (Covid-19).”

Pembukaan kembali Telaga Sarangan juga disertai dengan protokol kesehatan ketat. Jumlah pengunjung dibatasi maksimal 25 persen dari kapasitas. ”Di hari biasa. pengunjungnya masih sepi. Kalau akhir pekan, Sabtu dan Minggu, pasti banyak,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Magetan Eka Radityo.

Berita Terkait :  Ke Wisata High Land Magetan, Eksotisme Lanskap Berjuluk Nepal van Java

Dengan daya tampung normal mencapai 20.000 wisatawan, maksimal objek wisata tersebut hanya bisa diisi 5 ribu pelancong. Karena itu, sistem buka tutup diberlakukan.

Tak hanya itu, seluruh wisatawan juga wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Hal itu berfungsi mengontrol jumlah pengunjung yang berada di dalam kawasan tersebut. Kalau tidak punya, pengunjung harus menyertakan sertifikat vaksinasi. ”Beberapa kali petugas kami melakukan penutupan di Sarangan. Kalau sudah longgar, dibuka kembali,” jelasnya.

Produksi Susu Sementara Dikurangi

TELAGA Sarangan tak hanya jadi objek wisata, tetapi juga sumber mata pencaharian warga sekitar. Bukan hanya yang bekerja di sektor pariwisata, melainkan juga aktivitas perekonomian lain.

Sebagaimana di wilayah Singolangu. Warga ikut merasakan keberadaan Sarangan. Tidak menawarkan objek wisata lain, tetapi olahan susu sapi yang dijadikan makanan dan minuman. Untuk dipasarkan kepada wisatawan.

Karena itu, ketika Telaga Sarangan ditutup akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan, warga pun terpaksa mengurangi jumlah produksinya. ”Karena tidak ada wisatawan yang datang ke sini, hanya melayani pelanggan tetap,” kata Ketua Kelompok Kampung Susu Lawu Selamet Waluyo.

Berita Terkait :  Jelajahi Keindahan Tempat Wisata di Sumatera Utara

Selain itu, kata Selamet, pihaknya bekerja sama dengan komunitas jeep, menawarkan paket kunjungan ke beberapa tempat pelesiran. ”Kalau wisata tutup, jeep tidak beroperasi karena tidak ada pengunjung,” ungkap Selamet.

Sektor-sektor usaha itu memberikan pemasukan cukup besar bagi warga. Untuk jasa sewa jeep, misalnya. Dalam sebulan, pendapatan kotor yang diperoleh bisa mencapai Rp 50 juta lebih. ”Saat PPKM darurat, satu bulan tidak lebih dari Rp 10 juta,” ceritanya.

Karena itu, saat tempat wisata di Magetan mulai buka, termasuk Sarangan dan sekitar, pendapatan warga di wilayah tersebut terkerek kembali. ”Sudah mulai ramai, walaupun di hari biasa, pengunjung yang datang masih sedikit,” tambahnya.

Dia membeberkan, penghasilan yang didapatkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Bahkan, pajak dari jeep yang masuk membawa pengunjung dapat digunakan untuk kegiatan lingkungan. Ketika ada jalan yang rusak, uangnya dapat digunakan untuk memperbaikinya. ”Dananya kami gunakan untuk pembangunan yang tidak dibiayai pemerintah atau biasa dikatakan swadaya masyarakat,” pungkasnya.

Related posts