Seseorang di Yamaha Pernah Tolak Stoner Gabung dengan Rossi

Dalam serial yang dilansir DAZN terkait pensiunnya Valentino Rossi terungkap sejumlah fakta mencengangkan. Salah satunya dialami Casey Stoner.

Sepekan setelah Valentino Rossi menjalani balapan terakhir di Kejuaraan Dunia Balap Motor, DAZN melansir serial mini-dokumenter berjudul RiVale yang berisi tentang wawancara dengan para rival berat sang legenda.

Setelah 26 musim berkarier di Kejuaraan Dunia Balap Motor, The Doctor akhirnya resmi gantung helm pada balapan terakhir kelas MotoGP 2021, GP Valencia, di Sirkuit Ricardo Tormo, Spanyol, sepekan lalu.

Tak kurang 115 kemenangan dari seluruh kelas (89 di kelas utama, MotoGP/500cc), 235 podium (199), dan 65 pole position (55) menjadi sebagian dari jalan Rossi untuk merebu sembilan gelar juara dunia: 125cc 1997, 250cc 1999, 500cc 2001, serta MotoGP 2002-2005, 2008, dan 2009.

Lewat RiVale, DAZN mencoba mengulik sisi lain Rossi, terutama hubungannya dengan para rival terberat, yang selama ini tidak diketahui atau sedikit didengar publik. Kisah ini diungkapkan langsung oleh para mantan rival Rossi. Salah satunya Casey Stoner.

Berita Terkait :  Balapan MotoGP Thailand yang Basah “menyelamatkan hidupku”

Setelah mengalami grafik naik-turun di kelas 125cc (kini Moto3) dan 250cc (Moto2), Stoner akhirnya mendapatkan tiket ke MotoGP pada 2006 seusai menjadi runner-up kelas 250cc pada musi sebelumnya.

Hanya butuh semusim untuk beradaptasi di MotoGP bersama LCR Honda – tim yang juga dibelanya di kelas 250cc (2002, 2005) dan 125cc (2003) – dengan finis di P8 klasemen akhir, mantan pembalap asal Australia itu langsung dipinang tim pabrikan Ducati Marlboro untuk musim 2007.

Hebatnya, Stoner langsung mampu menjadi juara dunia kendati saat itu MotoGP untuk kali pertama mengadopsi mesin 800cc 4-tak dari sebelumnya 990cc 4-tak. Saat itu, Stoner mampu memaksa Rossi untuk finis di P3 klasemen akhir.

MotoGP 2008 menjadi duel paling sengit di antara Rossi dan Stoner. Salah satu momen kerasnya persaingan mereka terjadi di Laguna Seca, Amerika Serikat. Pada lap 23 lomba, Rossi mengambil P1 milik Stoner setelah secara kontroversial melibasnya di tikungan corkscrew.

Stoner yang terlalu dalam saat masuk tikungan akhir corkscrew (T8a), terpaksa harus masuk gravel untuk menghindari tabrakan. Stoner pun finis di posisi kedua dan terpaksa melihat Rossi naik podium utama.

Berita Terkait :  Duo Gresini Racing Kompak Sebut Desmosedici GP 21 Mudah Dikendalikan

Rossi pun akhirnya berhasil mengalahkan Stoner tidak hanya pada MotoGP 2008 (Stoner runner-up) tetapi juga 2009 (P4).

Stoner kemudian kembali menjadi juara dunia MotoGP pada 2011 saat membela tim pabrikan Repsol Honda. Sayangnya, kala itu ia tidak bersaing ketat dengan Rossi yang justru kesulitan bersama Ducati dan hanya berakhir di P7 klasemen MotoGP 2011.

Terlepas dari rivalitas sengit yang pernah terjadi, Stoner – yang mundur dari MotoGP pada akhir musim 2012 – ternyata sangat respek terhadap Rossi.

Dalam mini-seri RiVale pun terungkap bila pembalap yang hingga kini menjadi satu-satunya juara dunia MotoGP dari Ducati itu, sempat ingin menjadi rekan setim Rossi. 

“Saya mencoba untuk menjadi rekan setim Valentino, bahkan hingga dua kali. Tetapi, seseorang di Yamaha mencegah saya untuk melakukan itu. Anda mungkin tahu siapa yang saya maksud,” ujar Stoner.

Berita Terkait :  Valentino Rossi Sebut Fantastis Balapan Bareng Lando Norris

“Saat itu, saya sangat ingin memiliki motor yang sama dengan pembalap seperti Rossi. Juga agar saya bisa belajar darinya.”

Casey Stoner memang tidak menyebut nama petinggi di Yamaha yang mencegahnya bergabung. Namun, memang ada sejumlah nama yang berperan penting atas sukses Yamaha di MotoGP dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Davide Brivio – kini Race Director Alpine F1 dan musim lalu membawa Suzuki Ecstar juara dunia pembalap (Joan Mir) dan tim di MotoGP – menjadi Team Manajer Yamaha MotoGP antara 2001 sampai akhir 2010.

Di tangan Brivio, Yamaha merebut lima gelar juara dunia pembalap (Rossi pada 2004, 2005, 2008, dan 2009 serta Jorge Lorenzo pada 2010) dan empat konstruktor (2005, 2008, 2009, 2010).

Sementara, Lin Jarvis menjadi Managing Director Yamaha Motor Racing sejak 2005 dan kini menjadi penanggung jawab Yamaha di MotoGP bersama Massimo Meregalli yang menjabat Direktur Tim Yamaha Factory MotoGP.  

   

 

Related posts