Dalam musim pertamanya sebagai pembalap tim utama Ducati di MotoGP, Francesco “Pecco” Bagnaia telah menjadi sosok pemimpin pabrikan asal Italia tersebut.
Pada tahun 2021, Ducati memutuskan untuk mengubah filosofinya dan benar-benar merombak susunan pembalapnya. Bertentangan dengan apa yang telah mereka lakukan sejak tiba di MotoGP pada 2003. Mereka bertaruh kepada para rider muda.
Pembalap veteran Andrea Dovizioso, 34 tahun, dan Danilo Petrucci, 30 tahun, harus memberi jalan kepada Jack Miller serta Pecco Bagnaia, yang masing-masing berusia 26 dan 24 tahun, di tim resmi.
Selain itu, Ducati juga mengorbitkan tiga rookie untuk debut di kelas premier. Jorge Martín mendarat di Pramac Racing, sementara Enea Bastianini dan Luca Marini membalap bersama Avintia Esponsorama. Johann Zarco, 30 tahun, adalah yang tertua dari enam rider Borgo Panigale.
Taruhan yang dilakukan Ducati bisa dikatakan hampir sempurna. Mereka memenangi gelar tim dan konstruktor, di mana Zarco dinobatkan sebagai pembalap independen terbaik 2021 dan Bagnaia berhasil menjadi runner-up di kejuaraan.
Dalam 18 balapan MotoGP musim ini, setidaknya ada satu motor Ducati di barisan depan grid. Secara total mereka memenangi tujuh balapan (38%) dan mengumpulkan 24 podium (44%). Hanya Marini yang tidak menyumbang podium dan di musim ini Ducati hanya gagal meraih gelar pembalap.
Dari semua nama di atas, satu nama paling menonjol, yakni Francesco Bagnaia. Rekannya, Jack Miller seharusnya menjadi ujung tombak proyek dan Ducati menunjuknya sebagai kandidat utama untuk memperebutkan gelar.
Namun justru Pecco yang ledakannya lebih kuat dan tampil luar biasa. Ia tinggal selangkah lagi untuk mencapainya. Namun, crash di Mugello dan Misano membuatnya kehilangan kesempatan jadi juara dan kalah dari pembalap Yamaha Fabio Quartararo.
Pembalap asal Turin tersebut membutuhkan 13 balapan pada tahun 2021 untuk meraih kemenangan pertama kalinya di MotoGP, tetapi ketika melakukannya, ia menjadi hampir tidak terkalahkan, termasuk saat berduel dengan Marc Marquez di Aragon.
Dalam beberapa balapan terakhir yang spektakuler musim ini, Pecco memenangkan empat dari enam putaran terakhir dan menutup musim dengan gap 26 poin dari Quartararo.
Jumlahnya sangat dekat dengan raihan terbaik Andrea Dovizioso saat memperkuat Ducati. Dovi hanya memenangi lebih banyak balapan daripada Bagnaia pada 2017 (6), musim yang paling dekat dengan gelarnya. Namun, rider Italia tersebut kalah dari Marquez dengan selisih 37 poin.
Runner-up MotoGP tiga kali tersebut meraih poin lebih banyak daripada 252 poin yang dicatatkan Bagnaia di musim ini. Pada 2017, Dovizioso mengoleksi 261 poin dan 269 pada 2019. Akan tetapi, tahun itu ada satu putaran lebih banyak.
Rata-rata mereka praktis setara. Selain itu, Pecco telah mencatatkan enam pole position, sama dengan raihan Dovizioso dalam delapan tahun bersama Ducati.
Dengan usia yang hampir 10 tahun lebih muda, Bagnaia bisa disebut sudah berada di puncak yang sama seperti dicatatkan Dovizioso. Peraih tujuh titel juara dunia MotoGP, Valentino Rossi melihatnya sebagai favorit untuk merebut gelar MotoGP pada 2022, bahkan di atas Quartararo.
“Dia (Pecco) adalah favorit juara tahun depan bahkan jika dia bukan juara bertahan,” kata Rossi, yang telas resmi mengakhiri 26 perjalanan kariernya sebagai pembalap motor.
Rekan setim Bagnaia, Jack Miller telah memperingatkan bahwa Desmosedici GP22 yang akan mereka geber pada MotoGP musim depan akan lebih baik daripada motor yang digunakan saat ini.
“Saya telah mencoba beberapa part baru dalam tes Misano, sehingga pabrikan lainnya dapat mulai gemetar, itu adalah sesuatu yang sudah menyebar seperti api di paddock. Kita akan melihat apa yang terjadi dalam 12 bulan ke depan,” tutur Miller yakin.
*Artikel ini dibuat oleh M. Fadhil Pramudya P yang sedang menjalani magang.