Satu-satunya Kampiun WSBK Yamaha Beri Analisis Duel di Mandalika

Balapan terakhir World Superbike (WSBK) akan berlangsung di Indonesia. Jawara WSBK 2009 Ben Spies pun memberikan gambarannya.

Menjelang balapan terakhir di Pertamina Mandalika International Street Circuit, WSBK Indonesia, akhir pekan ini (20-21/11/2021), perburuan gelar tinggal menyisakan duel antara Toprak Razgatlioglu (Pata Yamaha with Brixx WorldSBK) dan juara bertahan Jonathan Rea (Kawasaki Racing Team WorldSBK).

Razgatlioglu kini memimpin klasemen dengan keunggulan 30 poin atas Rea, kampiun WSBK enam tahun terakhir (2015-2020).

Dengan maksimal 62 poin yang bisa direbut di Mandalika, peringkat ketiga Scott Redding (Aruba.it Racing – Ducati) yang terpaut 66 poin dari Razgatlioglu, sudah tidak mungkin lagi juara.

Sejak WSBK kali pertama digelar pada 1988, Ben Spies menjadi satu-satunya pembalap yang berhasil menjadi kampiun bersama Yamaha. Mantan pembalap asal Amerika Serikat itu melakukannya pada 2009.

Dua belas tahun lalu, Spies datang ke WSBK sebagai debutan dan langsung mampu bersaing memperebutkan gelar. Saat itu, ia harus bersaing sangat ketat dengan Noriyuki Haga yang kala itu memperkuat tim pabrikan Ducati Xerox.

Keduanya berduel hingga gelar harus ditentukan pada balapan terakhir di Sirkuit Algarve, Portugal. Spies – yang seperti Razgatlioglu saat ini – yang kala itu membela skuad pabrikan Yamaha WSB, akhirnya menjadi juara dunia dengan keunggulan hanya enam poin atas Haga di klasemen akhir.

Berita Terkait :  Sulit Berjalan, Michael van der Mark Lega Tuntaskan WSBK Belanda

Itulah mengapa pembalap yang sempat turun penuh di MotoGP antara 2010 sampai 2013 tersebut tahu benar apa yang dirasakan Razgatlioglu dan Rea, menjelang balapan penentuan di Mandalika.

“Saya senang melihat Toprak dan musim ini performanya sungguh luar biasa. Saya penggemar Toprak dan ia dulu merupakan fan saya. Saya kagum dengan apa yang sudah dilakukan Yamaha dan yang mereka berikan untuk Toprak,” tutur Spies.

“Musim ini, Toprak harus habis-habisan di setiap balapan karena Jonny (sapaan Rea) sangat berbakat. Tetapi, Toprak juga sangat bagus dan dikelilingi orang-orang hebat di timnya, sesuatu yang diperlukan untuk menjadi juara dunia.

“Jonny masih pembalap hebat namun, saat ini Toprak mampu lebih cepat daripada dirinya dan itu bagus untuk kejuaraan ini. Yang pasti, Jonny tidak akan mudah menyerah karena masih banyak poin yang bisa diperebutkan. Rasanya, Toprak yang akan kalah.”

Spies, yang mampu merebut 14 kemenangan , 17 podium, 11 pole, dan enam fastest lap saat merebut gelar pada 2009, satu-satunya musim yang ia ikuti di WSBK, melihat Rea justru tidak merasa tertekan saat ini.

Berita Terkait :  Dijagokan Banyak Orang, Alvaro Bautista Tak Merasa Tertekan

Pembalap asal Irlandia Utara itu akan berusaha tenang dan memenangi seluruh tiga race di Mandalika nanti. Sebaliknya, menurut Spies, Razgatlioglu akan merasa dalam tekanan berat.

“Saat sudah sering menang (race), Anda biasanya tidak terlalu berani ngotot karena khawatir terjatuh dan merusak rencana. Jadi, saya lihat Toprak akan berusaha menghindari masalah saat balapan nanti,” kata pria berusia 37 tahun itu.

“Jika berada di posisi Toprak, saya pasti akan merasa sedikit tertekan kendati selisih poin sebenarnya cukup besar. Bila saya Toprak, saya juga akan tahu seberapa bagus dan cepat saya sepanjang musim.

“Rasanya lebih mudah untuk mengendarai motor secara flat out dan tidak membuat kesalahan, daripada menahan 1 detik per lap dan tak bikin kesalahan juga.”

Spies menambahkan, strategi lomba juga tergantung di mana posisi (klasemen) dirinya menjelang lomba. Jika di belakang, pembalap bisa lebih bebas dan ngotot untuk menang.

“Tetapi jika sedang memimpin, saya mungkin tidak akan sebagus seperti ketika mengejar poin. Intinya, cermat dalam mengatasi tekanan dan feeling terkait situasi yang Anda hadapi. Jika Toprak tetap akan ngotot menang, itu akan sangat menarik,” tutur Spies.

Berita Terkait :  Tingkah Unik Sang Juara Dunia Toprak Razgatlioglu

Ben Spies pun lantas membeberkan strategi serta taktik yang dipakainya pada balapan terakhir WSBK 2009 untuk menentukan gelar. Tidak seperti saat ini yang menggelar tiga race di setiap putaran, sebelum 2019, lomba WSBK hanya terdiri dari Race 1 dan 2.

“Anda harus mampu menentukan kapan mesti cepat atau bertahan. Jika Toprak berada di P3 dan Jonny kelima, sementara Scott (Redding) di depan, Toprak harus mampu menahan Jonny dua atau tiga lap dan membiarkan Scott melesat,” ujar Spies.

“Itu yang saya lakukan pada Race 2 di Portimao pada 2009. Setelah memenangi Race 1, saya cenderung bertahan sehingga finis kelima pada Race 2. Tetapi, Noriyuki Haga melakukan start buruk dan di belakang saya.

“Saya pun hanya berusaha menahannya tetap di belakang dan membiarkan para pembalap di depan melesat. Kadang, Anda harus seperti bermain catur untuk menghadapi situasi seperti ini.”

  

    

     

 

 

 

 

Related posts