Marc Marquez bisa dinobatkan sebagai Raja Crash jika melihat betapa seringnya ia mengalami kecelakaan. Selama sembilan musim berkiprah di MotoGP, rider itu jatuh 144 kali.
Pembalap Repsol Honda tersebut memiliki filosofi unik yang membuatnya . Ia selalu mencoba bereksperimen dan menggeber motor hingga melewati batas.
Jatuh bangun sudah dianggap biasa karena ia sadar dengan konsekuensi yang ditanggung. Untuk itu, ia berlatih fisik dengan keras serta mempelajari cara menempatkan tubuhnya saat crash sehingga jarang mengalami cedera parah.
Sejak berdebut di MotoGP pada 2013, ia langsung memuncaki daftar crash, yakni sebanyak 15 kali. Salah satu yang paling mengerikan dan nyaris merenggut nyawanya saat tampil di latihan bebas kedua MotoGP Italia.
Beruntung, ia berhasil berpisah dengan motornya yang melaju ke pembatas dalam kecepatan 338 km/jam. Pembalap 28 tahun tersebut gagal finis saat lomba. Namun, setelah edisi itu, ia bangkit memakai mahkota juara dengan enam kemenangan.
Setelah itu, kesalahan sedikit berkurang seiring makin banyaknya jam terbang. Pada 2014, ia mengalami 11 insiden dan 11 kemenangan. Tahun berikutnya, hanya jatuh 13 kali dengan 5 kemenangan dan memutus rangkaian juara MotoGP dua musim beruntun.
Alih-alih makin tereduksi, Marquez malah kian sering melakukan blunder sejak 2016. Di musim itu, ia terhempas 17 kali dan merebut peringkat pertama lima kali.
Tren negatif melonjak pada 2017, di mana ia sering jatuh dalam 27 kesempatan dan hanya merebut enam kemenangan. The Baby Alien crash 23 kali (kecelakaan saat tes tak dihitung) musim selanjutnya, tapi pengorbanannya terbayar dengan finis terdepan sembilan kali.
Di 2019, ia membukukan 14 crash dan 12 kemenangan. Ketika pandemi Covid-19 menerpa, triwulan pertama 2020, balapan ditunda hingga Juli. Rider Spanyol jatuh dua kali tapi sangat fatal di MotoGP Spanyol, pembuka musim. Lengan kanannya patah sehingga harus absen lebih dari satu musim.
Tahun ini, ia comeback di atas RC213V yang sedikit asing karena tak sempat ikut sesi tes akhir dan awal musim. Marquez berkutat dengan keterbatasan fisik dan kewajiban mengeksplorasi motor yang semula sulit ditaklukkan akibat pengembangan tersendat.
Kakak Alex Marquez itu mencatatkan 22 crash, hanya satu lebih sedikit daripada Iker Lecuona. Hasilnya bisa dinikmati, di mana ia mempesembahkan tiga kemenangan yang sudah dinantikan Honda sejak tahun lalu.
Ada satu fakta menarik dari deretan crash pengoleksi 99 podium MotoGP tersebut. Ia jarang mengalami cedera serius dalam balapan kecuali di Jerez, awal musim lalu.
Pada 2014, Marquez mengalami patah fibula kanan akibat jatuh saat latihan di dirt track. Ia perlu pemulihan kurang dari sebulan.
Saat merayakan keberhasilannya merengkuh gelar juara dunia MotoGP 2018, di Valencia, ia mengalami dislokasi bahu kiri setelah berpelukan terlalu keras dengan Scott Redding. Sang adik segera memberikan pertolongan pertama. Pembalap LCR Honda yang saat itu masih berkiprah di Moto2, sering membantu memosisikan lagi bahu Marc saat latihan. Setelah akhir musim, ia menjalani operasi.
Dalam tes pramusim 2019, Marquez jatuh terpeleset setelah melewati genangan ketika menuju hairpin Lorenzo di Valencia. Meski lajunya tak kencang, ia salah memosisikan lengan. Kali ini giliran bahu kanan yang mengalami dislokasi.
Pada 2020, pembalap yang terkenal agresif itu jatuh di Jerez. Patah humerus kanan butuh tiga kali operasi karena ia sempat memaksakan diri dalam MotoGP Andalusia sehingga ada pelat yang lepas. Situasi menjadi rumit ketika dokter menemukan infeksi di bagian itu. Terapi antibiotik harus dilaluinya.
Sedang menikmati kebangkitan setelah dua kali menang beruntun di MotoGP America dan MotoGP Emilia Romagna, Marquez terpaksa angkat kaki lebih cepat. Ia kehilangan kesempatan tampil dalam dua partai penutup karena gegar otak akibat jatuh dalam latihan di dirt track.
Setelah itu, ia menyadari pandangannya berbayang. Dokter memvonis Marquez mengalami diplopia karena saraf mata kanan lumpuh. Butuh setidaknya empat bulan dengan perawatan konservatif. Operasi bisa jadi opsi kalau tak kunjung pulih. Hanya saja, risikonya sangat besar.